Friday, September 5, 2008

Akal, Pikiran dan Hati


Manusia di Karuniai Oleh Allah swt Akal, Pikiran dan Hati untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi baik oleh dirinya sendiri dan sesamanya. Timbulnya insiden Monas 1 Juni 2008 lalu (Antara FPI dan AKKBB) pasti ada penyebab yang bisa diselesaikan.
Saya pribadi setuju dengan Cak Nun (Emha Ainun Najib) bahwa semua masalah bisa di selesaikan dengan ilmu yang di miliki oleh manusia. Oleh karena itu manusia harus mencari akar dan penyelesaian masalah tersebut.

"Hidup itu kan sebenarnya sederhana. Kalau ada asap dicari apinya. Kalau ada api dicari sumbernya. Kalau ketemu sumbernya dicari kenapa ada sumber itu. Jadi sebenarnya mau masalah rumah tangga, masalah masyarakat, masalah aliran, masalah kelompok-kelompok dalam negara kan ada jalan yang namanya ilmu," kata Cak Nun (www.elshinta.com 4/6/2008).
Dalam menyikapi permasalahan di atas kita tidak mungkin bisa menyelesaikannya dengan emosional, fanatik yang berlebihan, melihat hanya satu sisi dan mengabaikan sisi yang lain, tetapi harus dengan ilmu supaya semua permasalahan bisa dilihat dengan jernih dan dewasa. Caranya dengan duduk bersama dan menganalisa permasalahan tersebut dengan akal, pikiran dan hati sesuai dengan tatanan hidup dan tuntunannya yang hal ini pemerintah juga harus menjembatani bukan malah memperkeruh dan berat sebelah.
Kita tidak bisa menyatakan FPI bersalah dan harus di bubarkan, AKKBB itu benar maka harus di dukung juga sebaliknya. Tetapi yang perlu kita perhatikan adalah orang-orang di dalamnya, karena FPI, AKKBB, NU, BANSER itu Cuma wadah tapi yang paling penting adalah akal, pikiran dan hati orang-orang didalamnya. Kita kan manusia yang diberi berbagai potensi termasuk 3 potensi yang telah di sebutkan, kalau saja kita menggunakan semuanya insya allah kita dapat keluar dari permasalahan ini.
Masih segar dalam ingatan kita berbagai peristiwa yang “nyeleneh” banyak terjadi di negara tercinta kita Indonesia, belum selesai masalah Ahmadiyah yang berbuntut terjadinya kasus monas, ada lagi satu orang dari Lampung menyatakan diri sebagai nabi seperti Ahmad Mushaddaq (sekarang jadi Napi), bencana alam yang tidak pernah berhenti malah silih berganti bak piala bergilir baik berupa gempa, banjir, masalah lumpur lapindo yang tak berujung, yang kalau boleh penulis simpulkan adalah munculnya hal ini karena negara kita sedang “akut” (sakit parah).
Walaupun banyak koruptor yang mulai di tangkap dan di adili tetapi lebih hal ini tidak bikin jera para koruptor yang lain. Karena banyak dari aparat kita (baik itu polisi, jaksa, hakim dll) yang sakit akal, pikiran dan terutama hatinya. Saya pribadi yakin 100% mereka itu tidak sakit akal dan pikirannya tetapi adalah karena penyakit hati (yang mereka derita baik di sadari maupun tidak) karena benteng iman yang tipis dan selalu di rongrong nafsu yang menghebat.
Kita pun tahu kasus korupsi, suap bukan hanya di lakukan oleh pejabat tinggi saja tetapi sudah menyeluruh ke bebagai lapisan masyarakat, contoh kecilnya adalah ; kalau kita membayar lebih (sogok/suap) maka pembuatan KTP, SIM, SKKB, PASPORT lebih mudah dan cepat, kalau kita di tilang Polisi dengan bersalaman “ber-amplop” urusan jadi mudah dll, bukankah berarti semua aparat dan masyarakat kita juga sudah sakit??...
Ini adalah “PR” kita bersama bagaimana menanggulangi masalah tersebut yang tentu saja sebelum kita terjun ke masyarakat kita pribadi juga harus sudah bisa mengontrol akal, pikiran juga hati kita yang tentunya dengan bekal ilmu yang kita peroleh, akhirnya hanya satu yang yang mengganjal di hati, apakah tempaan peristiwa yang menimpa Negara dan Bangsa kita adalah berupa musibah atau laknat... Wallahu a’lam.


0 comments: