Friday, September 5, 2008

Cerita Untukmu Adikku


Engkau tahu wahai adikku, ketika kakakmu ini mau meneruskan kuliah ke Cairo bukan dengan cara yang mudah, ketika itu saya harus mondar mandir Jagapura-Babakan, bahkan Cirebon-Jakarta pun harus saya tempuh, sungguh tidak mudah adikku.
Engkaupun tahu adikku, ketika itu Bapak kita amat sangat mengharapkan kakakmu ini bisa melanjutkan kuliah ke al-azhar karena belum ada dari anaknya yang bisa ia kuliahkan. Selain masyhur juga karena ada beasiswanya tapi saya kira alasan kedualah yang menjadikan Bapak mendukung saya meneruskan kuliah, engkaupun pasti tahu Bapak tidak mungkin bisa membiayai kita kuliah. Tapi bukan itu yang bikin saya sedih adikku, tapi karena ia selalu mengharapkan kita bisa kuliah tapi ia paling sulit untuk memberikan kita biaya.
Engkaupun tahu adikku,ketika kakakmu ini lulus ujian DEPAG ke Cairo betapa bahagianya kita semua, tapi tahukah kau adikku dibalik kebahagian itu masih ada sayatan pedih di hati, selain susahnya mencari Ijazah yang mu'adalah (karena Ijazah saya adalah SMU) dan ribetnya urusan pembuatan pasport yang semuanya memerlukan biaya tapi lagi-lagi Bapak hanya menyerahkan semuanya pada Kang Bur seolah-olah Kang Bur adalah BANK yang dengan gampangnya dapat di pinjam uangnya tanpa memikirkan keadaan Kang Bur itu sendiri.
Tahukah engkau wahai adikku, ketika kita membayangkan Mesir dengan Piramidnya, perkulihan kelas internasional, Cairo dengan berbagai fasilitasnya, transportasi dengan ketertibannya, dan orang-orang dengan keramahannya. Tapi tidak adikku,sekali lagi tidak! Mesir begitu kumuh, kotor dan berdebu, perkulihan tanpa AC dengan WC yang jorok dan bau. Dengan transpotasi yang sulit, berdesak-desakan dengan aroma ketiak yang semerbak, di tambah lagi banyaknya pencopet yang haus mencari dompet2 wafidin , dan banyaknya orang-orang yang kencing berdiri di pinggir jalan.
Tahukah engkau adikku, pada tahun pertama kakak di sibukkan oleh berbagai organisasi dari almamater(IKBAL ) , dari kekeluargaan (KPMJB ) kedaerahan (FOSMAGATI ) dan yang lainnya. Belum lagi harus daftar ulang di Al-Azhar dengan berbagai macam aturan yang membosankan dan memuakkan karena tradisi thobuur yang melelahkan dan menjengkelkan
Tahukah engkau adikku, baru selesai daftar ulang satu bulan kemudian sudah ujian semester I, tiga hari menjelang ujian kakakmu ini baru dapat beli muqorror , jadi sistem belajarnya sama seperti di Indonesia dulu yaitu SKS (sistem kebut semalam).
Tahukah engkau adikku, ternyata beasiswa dari Al-Azhar jauh dari cukup kalau nggak di bilang kurang yaitu, Cuma 165 pounds. Sedangkan untuk iuran bayar kost 100 pounds, untuk makan 50 pounds, tranportasi 30 pounds, belum lagi untuk beli odol, samphoo, sabun mandi. Dan keperluan mendadak lainnya. tapi untungnya kakak bawa dollars jadi masih bisa untuk menutupinya, tapi setelah simpanan dollars habis dari mana lagi untuk menutupi kebutuhan itu semua???...belum lagi ada istilah tawaquf yang sangat merepotkan kalangan masisir yang hanya mengandalkan minhah azhar.
Tahukah engkau adikku, setelah kehabisan uang kakak mencari berbagai pekerjaan, dari cuci piring di warung makan, jaga warnet sampai berjualan tempe tapi tak ada lowongan untuk kakakmu ini.
Tahukah engkau adikku, menjelang ujian semester II tidak ada uang sama sekali untuk membeli muqorror padahal ujian sudah di ambang pintu. Ingin ku pinjam saja buku ke teman2 tp semuanya sedang d pakai, ingin ku fotokopy ternyata baiayanya lebih mahal dari dari harga aslinya. ingin ku pinjam ke kakak kelas ternyata setiap tahun muqorror di Al-Azhar sering berubah. Karena waktu dan keadaan yang mendesak kuputuskan untuk minta kiriman ke Bapak, tapi kamu pasti tahukan apa jawabannya? maka terpaksa ku minta ke Ang Iim dan alhamdulillah ia mengusahakannya walaupun saya juga tahu Ang Iim pun sama nggak punya duit.
Tahukah engkau adikku, mengapa kakakmu ini tidak naik ke tingkat II selain masalah di atas juga karena minimnya dasar bahasa arab yang kakakmu ini kuasai, Setelah mendapat bantuan dari kakakmu yang di Abu Dhabi semuanya berubah, setelah melunasi hutang-hutang juga cukup untuk membeli kitab-kitab yang cukup membantu dalam perkuliahan.
Tahukah engkau adikku, kiriman dari kakakmu yang di Abu dhabi itu tidak membuat diri ini terlepas dari berbagai masalah (life is problem; hidup adalah masalah, jadi selama kita masih hidup pasti mengahadapi yang namanya masalah). Selain ingin terlepas dari ketergantungan dari orang tua dan kakakmu, juga ingin bisa mandiri. Tiba-tiba saya dapat sms dari Ibu Nyai (Nyai Annisah Tidjani:Istri KH.Tidjani Djauhari) yang menanyakan kabar anaknya yang kebetulan juga adalah adik kelas ketika di MTA , berawal dari sms inilah komunikasi santri dengan pengasuh akhirnya intens terjadi, yang pada akhirnya Bpk.Pengasuh mengusahakan untuk mencarikan kafil untuk membantu meringankan beban ekonomi. Setelah mendapatkan kafil yang sudah banyak membantu dalam menangani kesulitan ekonomi lalu memberi kabar kepada kakakmu yang di Abu Dhabi untuk tidak usah mengirimi lagi dan memberi tahukan kabar gembira ini kepada orang rumah supaya nggak usah khawaatir lagi.
Tahukah engkau adikku, sekarang masalah keuangan tidak usah di pusingkan lagi tinggal bagimana cara supaya kita bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita, yaitu kakak harus bisa najah ketingkat II, karena pada tahun pertama sudah gagal dan merasa malu oleh karenanya pada saat ini kakak berusaha semampunya. Semoga Allah swt mengabulakan doa kakakmu yang sudah begitu banyak berlumuran dosa ini.
Tahukah engkau wahai adikku, Allah sebagai tuhan kita pasti mendengar doa hambanya walaupun sang hamba begitu hina karena karunianya lebih luas dari sangkaan hambanya.

Ya Allah,...
Sudah tak terhitung dosa hamba padaMu
Sudah gelap hati hamba karena dosa padaMu
Lautan pun tak sanggup tuk membasuh

Ya Allah,...
Hamba malu menghadap padaMu
Hamba takut akan siksaMu
Tapi hamba tak henti mengharap rahmatMu

Ya Allah,...
Sudah cape hamba bermaksiat...
Sudah lelah hamba mengumbar nafsu...
Sudah kenyang hamba berbuat nista...
Hamba haus karunia dan rahmatmu

Ya Allah,...
Ya Allah,...
Ya Allah,...



0 comments: