Syekh Ali- Gom'ah

Habib Mundzir Al-Musawa

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Syekh Abdul Halim Mahmud

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, September 21, 2008

Khariqul `Adah


NU (Nahdlatul Ulama) adalah gudang kiai berperilaku eksentrik. Istilah populer untuk eksentrisitas di kalangan pesantren adalah khariqul `adah, sebuah kata dari bahasa Arab yang berarti "di luar kebiasaan". K.H. Abdurrahman Wahid, bekas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, memakai istilah khariqul `adah untuk dua pengertian: yang substantif dan yang permukaan (kulit). Gus Dur, begitu panggilan akrab kiai yang kini menjadi mantan presiden itu, pernah memakai istilah tadi untuk menggambarkan kenyentrikan almarhum Gus Mik (Kiai Hamim Jazuli), seorang ulama masyhur dari Pesantren Alfalah Ploso, Kediri.

Gus Mik dianggap oleh banyak orang memiliki kemampuan supranatural. Banyak kesaktian ditempelkan pada reputasinya. Banyak orang yang rela antre berlama-lama untuk bisa bertemu dengan Gus Mik dengan berbagai pamrih: ingin banyak rezeki, mau naik pangkat, menyembuhkan penyakit, sampai hajat untuk memperoleh nama untuk bayi yang baru lahir. Semuanya—dipercaya oleh para pengagumnya—bisa dibantu oleh Gus Mik. Kemampuan supranatural itu, dalam istilah eskatologi pesantren, dinamakan khariqul `adah. Kalangan awam memandang kemampuan semacam itu sebagai suatu keanehan.

Namun, di mata Gus Dur, kenyentrikan Gus Mik terletak pada kearifannya yang telah menembus batasan agama. Melalui transendensi keimanannya, ia tidak lagi melihat kesalahan pada keyakinan orang beragama atau berkepercayaan lain. Contohnya, Gus Mik bersikap membimbing kepada Ayu Wedhayanti, seorang Hindu yang kini telah berpindah hati ke Islam, seperti yang dilakukannya terhadap Machica Mochtar, penyanyi asal Ujungpandang yang muslim.

Kenyentrikan lain kiai yang memiliki citra rasa terhadap berbagai macam kopi itu telah menembus rambu-rambu baik dan buruk di mata kebanyakan manusia. Gus Mik, karena itu, tidak segan melepas jubah kekiaiannya dan bercengkerama dengan para penikmat hiburan malam di diskotek, klub malam, bar, dan coffee shop. Ibarat kata, di mata Gus Mik, seorang bajingan dan seorang suci adalah sama: manusia. Dan manusia memiliki potensi untuk memperbaiki diri.

"Kerinduannya kepada realisasi potensi kebaikan pada diri manusia inilah yang menurut saya menjadikan Gus Mik supranatural," kata Gus Dur dalam buku Gus Dur Menjawab Tantangan Zaman, terbitan Kompas, Jakarta, 1999.

Kiai-kiai yang nyentrik dengan dua pengertian itu memang bertebaran di NU, sebuah organisasi keagamaan yang berbasis kultural di pesantren tradisional. Tapi, tak pelak, cerita yang harum beredar di masyarakat adalah kenyentrikan yang bersifat permukaan. Bisa jadi karena hal permukaan itu yang memang mudah dilihat dan karenanya menjadi cerita eksotis bagi orang kebanyakan. Cerita-cerita supranatural itu banyak beredar dari mulut ke mulut, sementara kearifan para kiai nyentrik kurang memperoleh catatan yang memadai. Bisa jadi karena tradisi penulisan sejarah kurang memberikan pendekatan dari segi substansi. Atau, bisa jadi karena para kiai nyentrik itu cenderung hidup di luar pagar resmi organisasi.

Para kiai yang mengundang pesona eksotisme itu hadir sejak awal sejarah NU hingga kini. K.H. Muhammad Kholil (1835-1925), pendiri pesantren yang kini bernama Syaikhona I di Desa Kademangan, Bangkalan, misalnya. Kiai yang dianggap moyang para kiai supanatural itu memiliki kisah mistis-simbolis berkaitan dengan sejarah pembentukan NU. Guru para kiai besar di Jawa itulah yang menjadi penginspirasi pembentukan NU lewat isyarat penyerahan sebatang tongkat pada 1924, dan sebuah tasbih setahun kemudian, yang dikirim lewat Kiai As'ad Syamsul Arifin, pendiri Pesantren Asembagus, Situbondo, kepada K.H. Hasyim Asy'ari, murid Kiai Kholil yang kemudian terkenal sebagai pendiri NU.

Kenyentrikan Kiai Kholil tampak sejak muda. Ketika belajar di Pesantren Langitan. Tuban, Kholil pernah membuat terpana Kiai Muhammad Noer, gurunya. Suatu hari Kholil ikut salat berjamaah yang diimami Kiai Noer. Di tengah salat, Kholil tertawa terbahak-bahak—sesuatu yang bisa membatalkan salat. Usai salat, Kiai Noer menanyakan alasan Kholil tertawa. "Maaf, kiai. Ketika salat tadi, saya melihat kiai sedang mengaduk-aduk nasi di bakul. Karena itu saya tertawa," kata Kholil seperti ditulis dalam buku Biografi dan Karomah Kiai Kholil Bangkalan terbitan Pustaka Ciganjur, 1999. Santri muda itu tampaknya bisa membaca pikiran orang. Seperti yang diakui Kiai Noer, memang ketika salat, dia yang sedang lapar membayangkan terus nasi di benaknya.

K.H. Abdul Wahab Abdullah (1888-1971), murid Kiai Kholil yang kemudian menjadi pengasuh Pesantren Tambakberas, Jombang, juga ketularan kelebihan gurunya. Salah seorang pendiri NU itu mempunyai andil dalam pencarian nama NU. Caranya pun lewat jalan spiritual. Konon, sebelum penentuan pilihan dari sejumlah nama, Kiai Wahab melakukan istikharah, salat untuk menentukan pilihan. Dalam suatu penglihatan mata batin, Kiai Wahab bertemu Sunan Ampel, seorang wali Jawa Timur, yang memberi blangkon dan sapu bulu ayam bergagang panjang. Tak jelas apa arti simbol itu. Tapi, menurut Hasib Wahab, anaknya, dalam penglihatan itulah Kiai Wahab memperoleh keputusan untuk menamakan organisasi kaum ulama tradisional itu dengan nama NU.

Kiai Wahab, yang sewaktu muda dijuluki macan oleh Kiai Kholil, Bangkalan, itu dalam sejarahnya selain jago berdebat politik juga dikenal sebagai pendekar silat. Ada cerita, suatu waktu di Desa Tambakberas berlangsung pertandingan pencak silat. Semua jago silat di Jawa Timur konon turun gelanggang. Salah satu jagoannya, Djojo Rebo, dikenal kebal. Ketika hampir semua pendekar takluk, Djojo Rebo melihat kehadiran Kiai Wahab hanya sebagai penonton. Padahal, Gus Dul, begitu panggilan akrab Kiai Wahab, dikenal jago silat.

Djojo Rebo pun menantangnya. "Gus Dul, ayo turun kemari. Keluarkan seluruh ajimat yang kamu bawa dari Mekkah. Ayo kita bertarung," kata Djojo Rebo. Kiai Wahab, yang baru saja pulang dari Tanah Suci untuk belajar agama, itu tak bisa menolak tantangan. Akhirnya Kiai Wahab turun juga. Tapi jurusnya unik: ia hanya berdiri mematung dengan sorot mata memandang ke mata Djojo Rebo. Tiba-tiba tubuh Djojo Rebo terempas dan melayang bagai kapas hingga jatuh ke tanah.

Kelebihan Gus Mik terasa lebih hidup karena masih banyak kesaksian segar yang bisa dikumpulkan, termasuk dari anak-anaknya. Gus Sabut Pranoto Projo menyimpan kisah tentang kemampuan pecah diri (bi-lokasi) Gus Mik. Ketika Kiai Romly, pendiri Pesantren Darul Ulum, Jombang, dan seorang mursyid tarekat meninggal dunia, keluarga Kiai Akhmad Jazuli, ayah Gus Mik, datang melayat. Menjelang berangkat, Gus Mik kecil menolak ajakan untuk melayat ke Jombang dan memilih tinggal di rumah. Tapi, setelah keluarga itu tiba di rumah duka, Gus Mik telah berada di tempat yang sama. Lebih mengherankan lagi, keluarga Kiai Romly menyaksikan bahwa Gus Mik telah menemani almarhum sejak seminggu sebelum Kiai Romly wafat.

Kisah-kisah supranatural bertebaran di kalangan NU. Salah satu faktornya karena sebagian kiai nahdliyin menjalankan tradisi sufisme. Di lingkungan NU, seperti kata doktor sejarah dan kebudayan Andree Fellard dalam buku NU vis-à-vis Negara, para kiai yang tergabung dalam tarekat memiliki pengaruh yang paling kokoh terhadap masyarakat luas di pesantren ataupun di luar wilayah desanya. Pengaruh yang mereka dapatkan datang dari kepercayaan masyarakat terhadap bakat supranatural yang dimiliki kiai: sebagai penyembuh, pengusir makhluk halus, dan sebagai penasihat rumah tangga. Ketersohoran kiai tarekat telah turut mengimbangi memudarnya otoritas ulama dan ahli fikih yang pernah berpindah ke tangan birokrasi.

Kiai dengan kelebihan supranatural masih hadir hingga masa menjelang pergantian abad ke-21. Lora Kholil, 31 tahun, adalah kiai muda yang memiliki percikan khoriqul `adah di masa kini. Pamor lulusan Universitas Ainus Syams, Saudi Arabia, itu amat kondang di Situbondo. Bukan hanya karena pengaruh nama besar K.H. As'ad Syamsul `Arifin, ayahanda dan pendiri Pesantren Asembagus, Situbondo, tetapi dia sendiri memiliki aura kewibawaan. Berbadan ceking, selalu bersarung dengan surban putih, pengasuh Pesantren Walisongo, Situbondo, itu berhasil "menaklukkan" ribuan anak jalanan (preman) pada awal 1990-an.

Dalam konteks masyarakat tradisional feodal, ketertarikan kepada dunia supranatural adalah keniscayaan. Penjelasan supranatural yang cenderung irasional dan dogmatis, untuk banyak hal, juga sering dikemukakan sebagai cara pemitosan seorang tokoh untuk memperoleh legitimasi kepemimpinan. Tapi, seiring perubahan zaman, akankah tradisi itu bertahan? Dan daftar pertanyaan bisa lebih panjang serta penting: bisakah penjelasan "yang tidak jelas" memuaskan daya kritis masyarakat yang menuntut demokratisasi, transparansi, egalitarianisme, dan meritokrasi?

Pertanyaan-pertanyaan seperti menjadi lebih penting lagi mengingat gelombang perubahan akibat modernisasi telah menyapa kalangan NU. Kini, dari kalangan nahdliyin, generasi baru muncul. Gus Dur adalah tipe pembaru, yang disebut oleh ahli masalah Islam Indonesia, Greg Barton, digolongkan sebagai cendekiawan muslim neomodernis.

Dari sayap lain, K.H. Ahmad Mustofa Bisri dari Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, memilih untuk tidak memiliki kelebihan supranatural dengan menekankan tasawuf pada aspek akhlak dan pengolahan interioritas batin. Toh, kekuatan supranatural bisa dipelajari setiap orang (lihat juga: Mukjizat, Mata Ketiga, dan Sains). Juga K.H. Habib Luthfi, seorang ulama tasawuf yang lebih suka menebarkan pesona musikal. Menyikapi kenyentrikan kiai, Gus Dur memberikan contoh terbaik: mengagumi yang substansi daripada yang permukaan.

Ketika Pengikut Tarekat Bicara Korupsi


TEMPO, Puluhan ulama, ratusan santri, dan ribuan kaum muslimin—tua, muda, anak-anak, lelaki dan perempuan—tumplek di Masjid Agung Pekalongan. Mereka bahkan meluber sampai ke halaman dan jalan-jalan di sekitarnya. Malam itu, Sabtu dua pekan lalu, begitu salat isya usai, gumam zikir bergema di seantero masjid.

Istigasah akbar yang digelar menyambut Muktamar X Jam'iyah Ahli Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyah (himpunan penganut tarekat "resmi" Nahdlatul Ulama), minggu terakhir Maret lalu, itu diawali dengan membaca manakib alias biografi Rasulullah SAW, Simthud Durar (Untaian Mutiara). Suasana menjadi lebih religius begitu KH Muhaiminan Gunardo, pimpinan Pesantren Bambu Runcing, Temanggung, tampil membaca Al-Fatihah.

Sedu-sedan dan isak tangis mengharap rahmat dan berkah Allah SWT terdengar ketika Habib Luthfi bin Yahya memandu istigasah dengan serangkaian doa dan wirid. Dan ketika pimpinan tertinggi Jam'iyah itu membaca lailaha ilallah dengan suara baritonnya, jantung Kota Pekalongan itu menjelma menjadi majelis zikir sufi seperti di abad pertengahan di Irak, Iran, atau Asia Tengah. Sejumlah besar jemaah tampak mengalami ekstase. Mereka menggoyang-goyangkan kepala ke kiri dan kanan mengikuti irama zikir, kian lama kian cepat. Sembari melafalkan kalimat tauhid itu, mereka tersedu sesenggukan. Air mata meleleh.

Setelah estafet doa dibawakan oleh 12 kiai sepuh, jemaah kembali histeris manakala Habib Husein Alatas dari Cirebon memanjatkan doa dalam bahasa Jawa, dengan suara keras bernada tinggi dan kalimat yang dipanjang-panjangkan: "Ya Allah, kiranya segeralah turunkan rahmat-Mu kepada bangsa ini yang senantiasa dilanda musibah, bencana, dan pertikaian tiada henti.…"

Berdiri pada 1957 di Pesantren Tegalrejo, Magelang, federasi 45 aliran tarekat ini semula bernama Jam'iyah Ahli Thariqah al-Mu'tabarah. Pada 1970-an, ada upaya menyeret Jam'iyah ke bawah payung Golkar dan mengubah namanya menjadi Jam'iyah Ahli Thariqah al-Mu'tabarah al-Indonesiyah. Untuk menghimpun kembali penganut tarekat yang berafiliasi kepada NU, dalam muktamar V tahun 1984 di Pesantren Nurul Qadim, Probolinggo, diputuskan menyempurnakan nama federasi tersebut menjadi Jam'iyah Ahli Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyah.

Muktamar selama sepekan ini makan biaya tak kurang dari Rp 7 miliar, sebagian besar terdiri dari sumbangan in natura bermacam bahan makanan, jasa pemondokan, dan alat transportasi.

Berbeda dengan muktamar sebelumnya, kali ini yang dibahas tak semata masalah tarekat—metode kesufian untuk membersihkan rohani sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. "Sesuai dengan temanya—reaktualisasi ajaran tarekat untuk membantu menyelesaikan persoalan bangsa dan negara—muktamar ingin kembali mendekatkan ulama dan umara alias birokrat," kata KH Chabib Thoha, ketua panitia muktamar, penganut tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Meski begitu, Habib Luthfi—terpilih kembali sebagai rais am idarah aliyah (ketua umum dewan tertinggi)—menolak kesan bahwa muktamar itu bernuansa politik. "Begitu thoriqoh dibawa ke pentas politik, ya, bubar," kata ulama karismatik yang gemar menikmati musik klasik dan mahir memainkan organ itu. Ia adalah mursyid beberapa tarekat seperti Syadziliyah, Alawiyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Sathariyah, Tijaniyah, dan Ghazaliyah.

Menurut dia, tarekat membimbing para murid (pengikut) untuk senantiasa mensucikan rohani agar lebih lempang dalam mendekatkan diri kepada Allah. "Kalau kaum tarekat ingin membantu menyelesaikan masalah bangsa dan negara, hal itu semata-mata melaksanakan ujaran para ulama, hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman)," katanya sembari menyeruput kopi Loewak dan menyedot rokok kretek.

Selama ini, tarekat memang dipersepsikan sebagai amalan ibadah para kiai, setidaknya orang-orang tua, yang menjauhi keduniawian. Maka, masih relevankah metode kesufian ini di zaman modern seperti sekarang, ketika berbagai aspek kehidupan cenderung materialistis dan orang semakin individualistis? "Justru orang modern sekarang ini, yang jiwanya kebanyakan kering, yang mengalami frustrasi dan menderita depresi, sesungguhnya sangat membutuhkan tarekat," ujar Habib Luthfi, yang memimpin sekitar 30 juta penganut tarekat itu.

Menurut dia, upaya membersihkan rohani itu mulai dari wudu—yang berimbas pada kesucian pancaindra dan segenap anggota tubuh—sampai dengan menunaikan berbagai kewajiban syariat. Termasuk salat wajib dan sunah, terutama tahajud, serta bermacam-macam doa, zikir, dan wirid. Juga ibadah muamalah (kemasyarakatan) serta kualitas perilaku luhur: santun, tak mudah marah, suka menolong dan memaafkan, tawadu alias rendah hati.

"Jika jiwa-raga sudah suci, diharapkan perilaku seorang mukmin bisa lebih baik. Dengan menyandang akhlaqul karimah alias budi pekerti luhur, seorang mukmin diharapkan tampil sebagai pribadi berkualitas yang bermanfaat bagi masyarakat, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. Termasuk cinta tanah air, yang mewajibkannya untuk tidak merusak atau menelantarkan negara dan bangsa," ia menambahkan.

Bisa dimaklumi jika dalam kata sambutannya pada pembukaan muktamar, Minggu pagi, di halaman Pendopo Kabupaten Pekalongan di Kajen—25 kilometer sebelah selatan Pekalongan—secara khusus ia menekankan pentingnya menjalin hubungan antara ulama tarekat sebagai suri tauladan dan umara. Ia juga tak lupa mendoakan pemerintah agar mampu meningkatkan martabat bangsa.

Walhasil, ada kesan kuat muktamar kali ini bermaksud mengingatkan pentingnya kesalehan sosial di samping tetap memelihara kesalehan personal. Maka, gayung pun bersambut. Dalam kata sambutannya sebelum membuka muktamar dengan menabuh beduk, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak para ulama tarekat—yang ia sebut sebagai "insan kamil"—untuk membantu memberantas korupsi dan kemaksiatan lainnya.

Mendengar pernyataan itu, malam harinya, dalam dialog dengan Jaksa Agung Abdurrahman Saleh di Pendopo (lama) Kabupaten Pekalongan, beberapa muktamirin mendesak agar para koruptor dihukum mati. Desakan itu tak ayal bikin Jaksa Agung terperangah. "Semula saya mengira kaum tarekat terdiri dari orang-orang tua, atau para santri sarungan, yang setiap malam menghitung tasbih saja. Kalau semangat kaum tarekat seperti ini, saya yakin para koruptor pada mules perutnya," kata Jaksa Agung, disambut tawa dan keplok gemuruh.

Sikap tujuh ribuan muktamirin itu memang mengejutkan. Bukan karena mereka semuanya lelaki, hampir sepertiga di antaranya kiai sepuh, sebagian besar mengenakan sarung, sandal, kopiah hitam, atau peci haji warna-warni. Mereka ternyata mengikuti perkembangan mutakhir dan cukup kritis. Dalam sidang komisi rekomendasi, misalnya, antara lain diputuskan agar pimpinan nasional, politisi dan partai politik, tidak terlalu banyak bicara dan lebih mengedepankan kepentingan umum.

Itu tak berarti mereka sama sekali melupakan tarekat. Dalam komisi Diniyah Thariqiyah (agama dan tarekat), misalnya, antara lain diputuskan kriteria mursyid yang sudah harus mencapai tingkat kesufian cukup tinggi. Setelah berdebat alot dengan merujuk sejumlah kitab kuning, para kiai juga memutuskan haramnya tayangan alam gaib di televisi yang cenderung mendangkalkan akidah. Selain itu, minta nasihat kepada orang yang tak menjalankan salat juga haram, kecuali mengenai masalah umum yang tak terlalu penting.

Nabi Tak Pernah Mengislamkan dengan Pedang

BILA jadwal pengajian tiba, seperti Reboan atau Jumat Kliwonan, ribuan orang datang ke Kanzus Shalawat (Gedung Shalawat), pusat kegiatan Tarekat Syadziliah, di Kampung Noyontaan, Pekalongan, Jawa Tengah, persis di tepi jalan raya lama Jakarta-Semarang. Banyak yang percaya Habib Luthfi bisa menjadi wasilah (penghubung) doa manusia kepada Tuhan.

Karisma Habib Luthfi pulalah yang membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri datang ke Kampung Noyontaan pada acara Maulid Nabi lalu. Perayaan Maulid merupakan puncak acara Tarekat Syadziliah karena mencakup 68 kegiatan di berbagai tempat di seantero Pekalongan, yang berlangsung selama hampir setengah tahun.

Habib yang memiliki lima cucu ini juga dikenal terbuka dan inklusif sehingga diterima berbagai kalangan. Sampai sekarang, dia masih mengajar santri di rumahnya, di belakang Kanzus Shalawat. Rabu pekan lalu, Arif A. Kuswardono dan Sohirin dari Tempo menemui Habib Luthfi seusai salat tarawih di rumah tersebut.

Wawancara sempat terputus oleh kegiatannya mengajarkan kitab selama Ramadan. Ada puluhan orang yang mengikuti irsyadat dan taklimat yang digelar tiap malam selepas tarawih selama satu jam. Ditambah tamu yang juga berlipat jumlahnya, Ramadan adalah bulan yang sibuk buat sang Habib. ”Saya hanya tidur tiga-empat jam sehari,” katanya.

Sekitar pukul 23.00, percakapan dilanjutkan di studio musik miliknya yang berisi delapan organ bersusun dan dilengkapi tata suara elektronik. Habib yang dikenal pandai memainkan sejumlah alat musik ini sudah melahirkan beberapa komposisi. ”Umumnya instrumen,” katanya seraya menggelitik bilah organ. ”Kalau lagu dengan syair, baru dua.”

Tak lama kemudian, melantunlah lagu Cinta Tanah Air, ciptaannya. Liriknya memuji cinta tanah air yang menjadi cerminan iman seseorang. Musiknya campuran Melayu, dangdut, tarling, dan irama padang pasir. ”Supaya anak muda suka,” katanya. Dengan suara kalem, terkadang diselingi humor, Habib Luthfi menjawab semua pertanyaan Tempo.

Saat ini ulama menjadi rebutan para politikus. Apa sikap Anda?

Saya terima semuanya. Sebab, dalam partai-partai terdapat aset bangsa. Nah, aset itu wajib kita junjung tinggi dan kita hormati. Tentang pilihan, itu rahasia masing-masing.

Banyakkah pejabat dan politikus yang mengunjungi Anda?

Banyak. (Orang dekatnya menyebut nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir, Ketua Partai Bulan Bintang M.S. Kaban, dan sejumlah jenderal polisi.)

Anda setuju dengan partai yang menggunakan asas agama?

Di Indonesia ini dasar pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita kembali saja ke situ dulu, kemudian diwarnai oleh agama masing-masing. Saya secara pribadi menginginkan penganut agama, agama apa pun, menaati ajaran agama untuk bekal kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa ikut membangun bangsa ini. Sebab, kita sama sekali tidak ikut andil mendirikan bangsa ini, kita tidak ikut berjuang zaman dulu. Kita hanya bisa andil menjaga kemerdekaan ini. Caranya membekali mental kita dengan agama yang baik, sehingga kita bisa menjawab tantangan umat.

Ada kalangan Islam yang berpendapat syariah Islam wajib diakomodasi karena selama ini kita justru memakai hukum Belanda yang tidak mewadahi aspirasi penduduk yang mayoritas muslim.

Negara kita negara kesatuan yang terdiri atas berbagai agama, kepercayaan, dan suku. Sangat heterogen. Saya kira tidak semudah itu membungkus sesuatu. Kita sudah mempunyai Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, yang menjamin kebebasan beragama. Itu saja yang kita amalkan dengan didukung keyakinan agama masing-masing. Mari kita membangun bangsa ini ke depan.

Menurut Anda, syariat Islam sudah cukup diakomodasi?

Syariat Islam sudah banyak dijalankan dalam undang-undang pemerintah kita. Lihatlah: kantor agama ada, pengadilan agama ada, pernikahan dilindungi, Maulid Nabi Muhammad juga diperingati. Semuanya itu tidak bertentangan dengan Islam. Nah, inilah yang harus kita pelihara.

Muslim Indonesia kerap dianggap muslim kelas dua karena banyak mistiknya dan tidak radikal. Seharusnya kita seperti muslim Timur Tengah yang militan?

Apakah itu ajaran Nabi? Apakah Nabi pernah mengislamkan seseorang dengan pedang? Tidak pernah! Saya baca hadis, tidak ada yang menyebutkan itu. Bahkan Nabi menjaga hak-hak ekonomi kaum Yahudi. Kalau ada yang bilang begitu, berarti dia tidak kenal Indonesia. Di Indonesia, yang mau dilawan siapa? Apakah kita harus mengangkat senjata kepada orang yang tidak melawan kita? Orang tidak salah kita tempeleng; apakah itu ajaran Islam? Militan itu ideologinya yang kuat. Rasa kebangsaannya yang kuat.

Konteks Indonesia berbeda dengan Timur Tengah?

Apa yang dihadapi di Indonesia berbeda dengan di Timur Tengah. Mestinya Anda bertanya kepada Suudi (Arab Saudi): mengapa orang-orang Suudi yang konon radikalnya luar biasa itu kok tidak pernah mengirimkan pasukannya untuk membela Palestina?

Tentang Ahmadiyah, apakah sikap pemerintah sudah tepat?

Saya kira penerbitan surat keputusan bersama sudah bijaksana. Sejahat apa pun mereka, (Ahmadiyah) adalah bangsa kita. Ahmadiyah kan masih bertuhan? Kalau PKI, kan, tidak bertuhan? Lebih jahat mana antara bertuhan dan yang tidak bertuhan? Mengapa PKI masih kita wong-kan, kok, Ahmadiyah tidak?

Kesalehan individual di Indonesia terus meningkat. Kuota haji selalu terlampaui, pengajian ramai, tayangan agama begitu banyak, tapi kenapa korupsi meruyak dan perbaikan di masyarakat tetap lambat?

Masyarakat awam itu sebenarnya mencari tuntunan. Mereka mencari figur pemimpin yang bisa membimbing rohaninya, sehingga apa yang ada di dalam ajaran agama itu, di samping diyakini, dijadikan keperluan untuk kehidupan sehari-hari.

Apakah tuntunan Islam belum cukup?

Ajaran Islam sangat kompleks. Selain menanamkan akidah pada umatnya, seperti percaya kepada Allah, Nabi, malaikat, dan seterusnya, Islam mengatur cara makan, bergaul, dan sebagainya. Misalnya pakaian, Islam mengajarkan bagaimana seseorang terjaga kehormatannya karena pakaian itu. Jadi, Islam tidak hanya mengatur kesehatan fisik, tapi juga kesehatan rohani atau kesehatan batin. Seperti lagu Indonesia Raya, ”bangunlah jiwanya” lebih dulu, baru ”bangunlah badannya”.

Jadi, kalau ada yang melenceng di masyarakat, jiwanya belum beres?

Saya kira tidak perlu sejauh itu, karena hati orang kita tak tahu. Bangunan jiwa ini sudah diatur. Islam setelah mengatur arkanul iman (rukun Iman), lalu arkanul Islam (rukun Islam), selanjutnya baru ihsan. Dari ihsan kita diajari ”bersembah sujudlah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya”. Kalau tidak mampu merasa melihat Tuhan, kita harus merasa menjadi bagian yang dilihat dan didengar oleh Tuhan.

Jadi, perubahan itu memang bertahap?

Pertama kali mungkin kita belum bisa merasakan dampaknya. Tapi, kalau kita terus-menerus merasa menjadi bagian yang dilihat dan didengar Tuhan, akan timbul perubahan. Sebagai contoh, seorang pesilat, kalau sering latihan, pasti akan mempunyai gerak refleks. Sehingga, kalau dia terpeleset, paling tidak 85 persen dia akan selamat dan tidak cedera. Sebaliknya, bagi yang tidak pernah latihan, jika dia terpeleset, akan lebih banyak cederanya ketimbang selamat.

Apa perubahan terbesar bila sudah merasa dekat dengan Tuhan?

Kalau kita sering merasa menjadi bagian yang dilihat Tuhan, akan timbul reaksi. Di antaranya rasa malu. Malu karena perbuatan kita selalu dilihat dan didengar Allah. Malu adalah sebagian tanda iman. Malu akan menambahkan kesempurnaan dalam beriman. Dari malu kepada Allah, malu kepada Nabi, kepada ulama, pahlawan, orang tua, guru, hingga terakhir malu kepada sesama.

Mungkinkah seseorang yang sudah dekat jiwanya dan malu kepada Tuhan malah terus didera kesulitan?

Kesulitan yang diberikan Allah pada hakikatnya adalah untuk pembekalan. Jika mau menengok ke belakang, akan timbul perubahan. Kalau kemarin kita berdagang terus merugi, kita harus melihat apakah servis atau mutu kita sudah bagus atau belum. Jadi, majunya ke depan karena kita mau menengok ke belakang.

Bagaimana rasa malu bisa memperbaiki kualitas kehidupan sosial?

Taruhlah seseorang tidak puasa karena memang pekerjaannya sangat berat. Misalnya pekerja fisik. Kalau tidak bekerja, hari itu mereka tidak bisa makan. Tapi, jika sadar bahwa dirinya menjadi bagian yang akan dilihat Allah, dia tidak akan seenaknya berjalan sambil merokok di bulan puasa. Ini contoh sederhana. Jika rasa malu sudah hidup, perlahan tapi pasti akan mengubah perilaku kita.

Apa rasa malu bisa mendorong disiplin?

Ya, mestinya, setelah muncul rasa malu, meningkat menjadi takut kepada Tuhan. Kalau takut, kita akan bertakwa dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Di sinilah rasa takut menjelma menjadi takwa.

Apa peran tarekat dalam memunculkan rasa malu kepada Tuhan?

Kita membangun jiwa dengan menyebut nama Allah dalam berzikir, sambil merasa dilihat dan didengar oleh Allah. Secara tidak langsung kita selalu diingatkan kepada Allah. Lalu, saat kita membaca selawat, kita diingatkan kepada Muhammad. Apakah tidak malu kalau tidak bisa meniru keteladanan Muhammad? Secara umum, kita juga harus menghormati orang tua dan guru. Rasanya malu kalau sudah dibesarkan orang tua dan diajari oleh guru tapi tidak menuruti nasihatnya.

Malu juga dituding menjadi biang kemunduran. Seperti apakah rasa malu yang bisa menghambat kemajuan?

Malu itu ibarat cangkir. Kalau diisi susu, kan, tidak ada yang salah? Kalau diisi minuman keras, baru dosa. Kalau malu dianggap penyebab kemunduran, apa salah ungkapan al haya’ minal iman (malu sebagian dari iman)?

Jadi, menumpuknya masalah bangsa salah satunya karena kita krisis malu?

Saya tidak mau mengatakan bangsa ini krisis akhlak atau krisis malu…. Tapi inilah di antara kelemahan-kelemahan kita.

Bila syariah Islam sudah diterapkan tapi musibah terus mendera, apa yang salah?

Saya tidak mau mengungkap cacatnya salah satu wilayah atau keturunan karena seluruh Islam adalah bersaudara.

Mengapa muncul Islam yang radikal bila dasarnya adalah rasa malu?

Saya tidak mau terpengaruh dengan mereka (radikal). Saya punya konsep sendiri untuk mendidik santri, khususnya santri tarekat, sesuai dengan ajaran assalafu al-shalihin (ulama pendahulu) yang sudah membuatkan satu konsep yang luar biasa dalam memahami Al-Quran dan hadis. Kita juga belajar dari dinamika yang telah diajarkan oleh para imam mazhab seperti Syafii, Maliki, dan Hambali. Para imam mazhab itu sangat menguasai ilmu agama, tapi meski mempunyai perbedaan, mereka saling menghormati.

Para imam mazhab tak mengklaim pendapatnya sendiri yang paling benar.…

Dinamika antar-ulama ini indah. Ibarat musik, meski ada perbedaan alat musik dan aliran musik, musiknya bisa dinikmati. Ada harmoni. Masing-masing juga tidak bisa mengklaim paling benar karena jumlah nada atau not musik cuma 12. Antara satu dan yang lain pasti bersinggungan.

Bagaimana supaya kita tidak keliru arah menjadi radikal?

Harus ada transformasi dan pembekalan. Kalau tidak bisa, ya, ikuti yang baik, yang bisa dipercaya, tidak asal.

Bagaimana supaya puasa atau ibadah tidak sekadar ritual saja, tapi juga berpengaruh pada kehidupan sosial?

Kita ambil contoh yang ringan saja. Bagaimana kita merasakan lapar dan dahaga? Ternyata setetes air dan sebutir nasi sangat bermanfaat. Kita harus menghormati sang pencipta nasi dan setetes air. Secara proses, sebutir nasi itu melibatkan banyak orang, dari ditanam hingga tersaji. Secara sosial, kita harus menghormati orang-orang yang terlibat dalam proses pembuatan nasi. Itu baru sebutir nasi, belum lagi tentang air, lauk, dan sebagainya.

Ada contoh lain?

Soal wudu, misalnya. Tiap hari anggota tubuh lima kali dibasuh wudu. Masing-masing tiga kali. Berapa kali satu anggota badan dibasuh dalam sebulan? 450 kali. Setahun? 5.400 kali. Itu baru yang wajib saja. Pertanyaannya: sejauh mana bekasnya kita membasuh anggota tubuh sebanyak itu? Apa ”buah” wudu yang kita dapat? Mestinya mata kita bisa menutupi aib orang lain, mulut kita mengucapkan yang baik-baik, tangan kita juga tidak mengambil yang bukan hak. Karena berkah dari wudu, secara sosial kita juga harus lebih baik.

Bagaimana proses puasa ”membersihkan” tubuh?

Anda bayangkan perut kita seperti bejana yang tidak pernah dicuci, padahal digunakan untuk memasak aneka makanan selama sebelas bulan. Kira-kira bisa tidak pencernaan kita melakukan metabolisme tubuh dan menghasilkan darah yang baik kalau tidak dibersihkan? Padahal darah tadi akan memasok makanan ke otak. Obat cuci perut hanya terbatas, tidak bisa sampai ke dasar pencernaan tempat virus dan kotoran. Hanya puasa yang bisa menjangkaunya. Jadi, puasa juga berdampak pada pencerdasan kehidupan bangsa.


Saturday, September 20, 2008

Dapatkah PKS Bertahan sebagai Partai Dakwah?


Partai Keadilan Sejahtera, yang pada awalnya lahir dengan nama Partai Keadilan, pada Pemilu 2004 mampu memperlihatkan kuantitas dukungan yang luar biasa. Bahkan, di Provinsi DKI Jakarta yang menjadi wilayah yang cukup prestisius, PKS mampu menjadi partai yang unggul.

Sejak awal dideklarasikan, PKS sudah mencanangkan diri sebagai partai dakwah. Sebuah partai berbasis massa Islam yang hadir di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Kehadiran PKS berbeda dengan kehadiran partai lain. PKS hadir di masyarakat Indonesia lengkap dengan budaya dan gaya hidupnya. PKS hadir dengan musik nasyid yang khas, kebiasaan kampanye dengan melibatkan anak-anak dan istri, yang massanya lebih banyak menggunakan sepeda motor, dan sapaan ramah dengan idiom Islam yang sangat kental.

Tak heran, budaya, kebiasaan para kader PKS yang ditampilkan di masyarakat Indonesia memunculkan kesan PKS sebagai partai yang eksklusif. ”Dakwah itu selalu mengajak kebaikan dan tidak membatasi orang. PKS sebagai partai dakwah tidak memusuhi orang. Bahkan, kalaulah di dunia ini pelacur dianggap sebagai lapisan masyarakat terbawah, maka pelacur sekalipun wajib didakwahi, bukan dimusuhi,” itulah kata-kata Sekjen Partai Keadilan (PK) M Anis Matta, yang saat ini juga menjadi Sekjen PKS, pada saat awal PK mulai bersentuhan dengan pers tahun 1999.

Tampaknya, kata-kata untuk mengajak semua golongan itu bukan basa-basi. Sejumlah anggota legislatif PKS hasil Pemilu 2004 ada yang berasal dari non-Muslim. Sejak Pemilu 2004, semakin disadari bahwa PKS harus membuka diri kalau ingin menjadi partai besar. Inilah yang menjadi dilema dan tarikan di internal PKS. Di satu sisi ada keinginan menjadi partai yang besar dengan membuka diri, di sisi lain tidak ingin kehilangan identitas keislamannya.

Dalam rakernas di Bali pada awal tahun ini, PKS mengukuhkan diri sebagai partai terbuka. Sebuah partai yang ingin menjadi rumah besar bagi semua golongan dan latar belakang agama, dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Itu sebabnya pula PKS mulai mengelola berbagai isu kebangsaan dan berusaha menghilangkan isu dikotomi antara Islam dan nasionalis.

Tidak heran jargon politik PKS pada Pemilu 2004, yakni ”Bersih dan Peduli”, kembali ditegaskan lagi untuk Pemilu 2009 dengan ”Bersih, Peduli, dan Profesional”. Inilah jawaban PKS atas kegamangannya terhadap klaim partai dakwah.

PKS tak lagi sekadar bermusik nasyid, musik kelompok Ungu, the Rock, bahkan Slank pun sudah bisa diterima. Tidak lagi sekadar berbaju koko, tetapi sudah rapi berjas dan berdasi. Toh, kelompok di luar PKS tetap ada yang curiga PKS sekadar mengejar massa, bahkan tidak sedikit kader PKS yang menanyakan, apakah ini memang orientasi PKS???...

Livni, PM Israel Eks Agen Mossad


Sabtu, 20 September 2008 | 03:00 WIB

Mossad, agen rahasia Israel yang disegani di dunia, yang juga dikenal dengan kelihaian sekaligus kekejamannya. Tzipi Livni, Perdana Menteri baru Israel, pernah bekerja di sana. Namun, Livni adalah pendukung kuat atas berdirinya Palestina yang berdampingan dengan Israel, yang dia anggap sebagai solusi terbaik.

Mungkin susah memercayai Livni sebagai pencari perdamaian, terutama warga Palestina, dan juga ucapannya yang pernah mengatakan bahwa Presiden Palestina Mahmoud Abbas sebagai tidak lagi relevan.

Lagi, Livni adalah keturunan Yahudi ultra-nasionalis, yang dilahirkan dari pasangan Eitan dan Sarah Livni, imigran Polandia. Kedua orangtuanya pernah berjuang melawan penjajah Inggris sebagai anggota Irgun, militan Zoinis dan organisasi teroris bawah tanah.

Di masa mudanya, Livni anggota Betar, gerakan pemuda Yahudi. Gerakan ini didirikan Ze’ev Jabotinsky, juga pendiri Irgun. Dia adalah Yahudi keturunan Rusia pendamba negara Yahudi.

Sama seperti ayah dan ibunya, serta Jabotinsky, Livni adalah pilar kuat bagi karakter dan identitas Yahudi dan Israel. Namun, Livni juga pendukung mundurnya Israel dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, serta salah satu tokoh Israel yang tidak menuduh pejuang Palestina sebagai teroris, tetapi pihak yang menyerang tentara Israel demi harkat diri.

Percaya atau tidak percaya, Livni relatif menghargai penegakan hak asasi manusia di Palestina, yang telah diinjak-injak Israel. Hingga kini Livni pun merupakan salah satu perunding perdamaian Palestina-Israel, sebuah kegiatan yang ingin dia lanjutkan dan misinya ingin pula dia wujudkan.

Perunding senior Palestina, Saeb Erekat, mengatakan, Livni telah lama terlibat proses perdamaian. ”Saya yakin dia akan terus melanjutkan upaya perdamaian dengan Palestina. Saya menyambut baik pilihan rakyat Israel,” kata Erekat.

Suka mendaki gunung

Livni adalah orang yang tampil bersahaja dan mengaku tidak menyukai formalitas. Kepada Roger Cohen dari The New York Times pada 2007, Livni memberi komentar atas pernyataan Cohen bahwa Livni adalah pribadi yang disiplin.

”Saya tidak suka frase ini, seorang yang disiplin. Ah, saya enggak tahulah, enggak tahu, benar ... Ada sisi lain dari diri saya. Saya menyukai celana jins, mendaki gunung, mengunjungi pasar dan mal. Anda baru saja kembali dari Paris: Saya suka Quartier Latin hingga Champs Elysées. Secara umum saya benci formalitas. Anda tahu enggak sih, ketika aku muda, pernah bekerja sebagai waitress di Sinai.”

Ya, ya, ya! Namun, kini nyatanya Livni menjadi PM, setidaknya untuk sementara karena telah terpilih sebagai Ketua Partai Kadima, Kamis (18/7), yang otomatis menggantikan posisi PM Ehud Olmert, yang tersandung skandal korupsi.

Jalur karier

Dengan demikian, dia menjadi PM wanita pertama setelah Golda Meir (1969-1974), PM yang terkenal galak, tegas, dan memimpin Israel menghadapi Perang Arab-Israel. Livni meniru ketegasan dan kekukuhan pribadi Meir.

Jejak kariernya dimulai ketika mendapatkan pelatihan militer, sebuah kewajiban bagi semua warga Israel. Saat itu, Livni meraih pangkat letnan pada usia 22 tahun (1980).

Pelatihan ini juga menjadi ajang pencarian bibit bagi agen Mossad dan politisi masa depan Israel. Seperti pucuk dicinta ulam tiba, Livni adalah seorang yang disiplin, memiliki kemampuan analitis dan bakat intelijen.

Pada tahun 1980, Livni memasuki Mossad, dengan posisi sebagai agen lapangan. Livni ditempatkan di Paris. Dalam status ini, dia pernah ikut serta dalam aksi pembunuhan terhadap seorang pemimpin PLO di Yunani, Makmun Syukri Marisyi, salah satu pembantu dekat Abu Jihad (orang kedua di PLO setelah Yasser Arafat).

Livni memilih tidak membuka cerita soal kariernya di Mossad. Bahkan dia mengatakan, karier di Mossad sama sekali tidak memengaruhi hidupnya.

Pada tahun 1996, Livni bertarung untuk menjadi anggota Knesset (parlemen Israel) mewakili Partai Likud, tetapi gagal. Namun, Livni telah menarik perhatian PM saat itu, Benjamin Netenyahu (eks Mossad), yang juga Ketua Partai Likud.

Netanyahu meminta Livni menangani privatisasi BUMN Israel. Ketika Ariel Sharon (juga eks Mossad), Ketua Partai Likud dan menjadi PM tahun 1999, karier Livni menanjak. Sharon menjadi mentor Livni. Livni juga berhasil menjadi anggota Knesset pada 1999.

Pada 2005, Sharon dan Livni mundur dari Likud dan membentuk Partai Kadima, beraliran kanan tengah. Misi partai baru ini adalah mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza untuk memungkinkan berdirinya negara Palestina. Latar belakangnya, pendudukan Palestina tak memungkinkan secara moral dan finansial.

Setelah Sharon stroke dan koma sampai sekarang, Ehud Olmert menjadi PM. Livni mengkritik keras Olmert karena ”kegagalan” militer Israel dalam perang di Lebanon selatan tahun 2006. Livni meminta Olmert mundur, tetapi gagal.

Kemudian Olmert tersandung skandal korupsi. Livni menemukan sudut untuk menendang Olmert. Dia berhasil. Lalu dipilihlah ketua Partai Kadima baru, menggantikan Olmert, yang secara tradisi otomatis menjadi PM.

Livni mengalahkan saingan terdekatnya, Menteri Perhubungan Shaul Mofaz. Jadilah Livni sebagai PM, yang membuka memori khalayak pada Golda Meir. ”Saya bukan Golda Meir kedua, tetapi Tzipi Livni pertama,” kata Livni, yang memiliki satu saudara.

Sebagai PM, Livni berjanji mewujudkan Palestina. Kita tunggu saja, apakah dia berhasil mewujudkannya.


Thursday, September 18, 2008

Esensi Lebih Penting Dari Simbol


GUSMUS, Maraknya radikalisme beragama di tanah air akhir-akhir ini disebabkan adanya segelintir umat Islam yang lebih mementingkan simbol daripada esensi dalam menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.

Demikian pendapat KH Thonthowi Jauhari Musaddad, MA dalam seminar “Islam, Radikalisme Beragama dan NKRI” yang diselenggarakan Yayasan MataAir Jakarta dengan Kesbangpol Depdagri di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya UI, Kamis 28 Agustus 2008.

Kiai Thonthowi yang juga pengasuh Pesantren Luhur Al Wasilah Garut memberikan ilustrasi di Saudi Arabia yang sarat dengan simbol-simbol Islam, tapi masyarakatnya masih banyak yang mengabaikan syariat Islam. “Teman kuliah saya di Saudi banyak yang tidak shalat, padahal Saudi jelas Negara Islam”, papar Kiai Thonthowi di hadapan ratusan hadirin yang sebagian besar adalah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di UI. Oleh karena itu, menurut Kiai Thonthowi dalam menerapkan ajaran Islam, yang diperlukan adalah esensi bukan sekedar simbol.

Dengan kondisi demikian, syariat Islam tak dapat menjadi solusi di Indonesia sepanjang status teoritis idealisnya justru membuat kaku penerapannya. Oleh karena itu, Kiai Thonthowi melihat Pancasila dan UUD 1945 masih menjadi wujud budaya Indonesia Islami yang esensinya seirama dengan karakter dan dinamika hukum Islam.

Hal senada diungkapkan Dr. Luthfi Zuhdi, Ketua Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI) Universitas Indonesia. Dr. Luthfi Zuhdi mengungkapkan bahwa munculnya citra radikal terhadap Islam disebabkan sejarah Islam memang kerap diwarnai kekerasan dan perebutan kekuasaan. Namun, Dr. Luthfi menyatakan bahwa kekerasan tersebut sama sekali bukan ajaran Islam melainkan hanya perilaku individunya saja.

Sementara itu pembicara lainnya, Ismail Yusanto juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengatakan bahwa keinginan HTI menerapkan syariat Islam dan khilafah di Indonesia tidak perlu dikhawatirkan. HTI menginginkan agar syariat Islam dan khilafah dapat menggantikan sistem kapitalisme yang sudah terbukti menyengsarakan rakyat. (alf)

Semangat "Open Source"


Manuver Google dan banyak perusahaan lainnya untuk mendukung dunia open source menandakan kemenangan baru bagi dunia perangkat lunak yang mengandalkan sumber terbuka dan gratis ini. Semangat berbagi telah diagungkan di atas semangat cari keuntungan. Gerakan ini juga memicu kesadaran humanis para pembuat peranti lunak. Kaum pinggiran itu lambat laun bergerak masif dan berada pada arus utama.

Tak puas merajai bisnis mesin pencari, Google akhirnya ikut ”berperang” di kancah penjelajah web atau browser. Pada 2 September 2008 lalu Google meluncurkan browser bernama Chrome (www.google.com/chrome). Peluncuran ini memberi dampak besar bagi keyakinan dunia open source untuk melawan dominasi software tertutup yang berbayar.

Kalau kita berselancar di internet, pilihan penjelajah yang mendominasi adalah Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, Safari pada Apple, dan masih ada beberapa lagi. Nah, Google tiba-tiba ikut nimbrung berebut ”kue” ini.

Open source boleh bangga karena terus mendapat dukungan dari industri besar, termasuk dukungan penuh Google. Tujuan Google kali ini tampaknya bukan soal uang, melainkan sikap politis untuk mengimbangi dominasi Internet Explorer dari Windows.

Bukankah langkah ini akan menggerogoti browser open source Mozilla Firefox (pesaing dekat Internet Explorer)? Padahal, Mozilla sudah lama bergandengan dengan Google dan orang-orang Google juga sudah jatuh cinta dengan Firefox.

Tujuan Google memang masih ”remang-remang”. Di bidang ini, sudah lama berperang antara Internet Explorer dan Netscape Navigator. Tahun 1999, Netscape Corporation diakuisisi America Online (AOL) dan proyek Gecko dari Netscape pun dibuat terbuka kode sumbernya (open source).

Netscape pun mendirikan proyek Mozilla.org yang melahirkan Mozilla Firefox. Browser ini unik, selain dicintai pengguna dengan alasan fungsional juga dikenal banyak kalangan sebagai browser antidominasi Internet Explorer.

Firefox mampu merebut sekitar 20 persen dari pasar (data majalah Wired, September 2008). Di saat gairah Firefox meningkat, Chrome malah muncul.

Chrome disediakan gratis dan dibangun secara open source. Hingga saat ini, Chrome hanya dirilis versi Windows. Ke depannya, Chrome juga tersedia untuk Linux dan Mac.

”Kami menyadari web telah bergerak dari halaman sederhana ke halaman yang kaya aplikasi yang interaktif, kita harus berpikir ulang soal browser yang ada. Yang kita butuhkan tidak sekadar browser, melainkan platform untuk web dan aplikasinya,” kata Wakil Presiden Manajemen Produk Google Sundar Pichai dan Direktur Teknik Google Linus Upson pada blog peluncuran Chrome.

Sistem operasi internet

Pada browser modern, untuk membuka beberapa web tak perlu membuka beberapa kali browser. Cukup membuka sekali browser, kemudian buka tab pada satu browser itu untuk mengakses web lain. Cara ini disebut kemampuan tabbing.

Revolusi pada Chrome adalah proses tiap tab ternyata terpisah dan tak saling terkait. Keuntungannya, jika salah satu web macet, tab lain tetap berfungsi. Ini berbeda dengan cara kerja browser lain.

Istilah pada sistem operasi adalah, Chrome memiliki fungsi multitasking dan juga punya semacam Task Manager (seperti di Windows) yang bisa melihat halaman, aplikasi, dan situs mana yang sedang menggunakan memori komputer. Dengan multitasking ini, maka Chrome lebih mirip sebagai sistem operasi internet daripada sebuah browser.

Internet Explorer versi 8 yang saat ini masih beta juga sedang mengembangkan fitur tab yang terisolasi, mirip dengan Chrome. Dengan demikian, persaingan ini benar-benar membuat industri makin kreatif.

Google mengklaim, di dalam penjelajah ini sudah ditanamkan mesin JavaScript V8 yang membuat halaman lebih cepat diakses. Fasilitas lain, semua web yang pernah dikunjungi dengan mudah bisa diakses kembali tanpa mengetikkan ulang.

Meski demikian, untuk menjaga privasi pengguna, Chrome juga menawarkan mode penyamaran. Dengan mode ini, seseorang bisa mengakses web tanpa meninggalkan jejak.

Mengagungkan ”open source”

Bisa dibilang, browser open source ini merupakan perkawinan antara browser Safari yang digunakan Apple dengan browser Mozilla Firefox. Google yakin Chrome akan menjadi ”pembunuh” Internet Explorer.

Walaupun menggunakan WebKit, sama dengan browser Safari pada Apple, Chrome kelihatan berbeda dibanding Safari ataupun dibandingkan dengan browser lainnya.

”Kami percaya open source bekerja tak hanya karena membolehkan banyak orang untuk bergabung dan mengembangkan produk, tetapi yang terpenting adalah proyek lain bisa memanfaatkan dan mengembangkan sumber kode yang kami buat. Ketika kami membangun teknologi inovasi baru, kami berharap proyek lain bisa menggunakannya lebih baik, seperti kami telah mengadopsinya dari proyek open source lainnya untuk membuat produk kami lebih baik,” kata Ben Goodger, ahli software Google.

Langkah selanjutnya, dan ini yang paling ditunggu banyak pihak, adalah menunggu Google mengaplikasikan Chrome pada sistem operasi bergerak atau sebut saja pada telepon seluler. Pelan tetapi pasti, elemen-elemen Chrome akan diadopsi oleh proyek open source Google lainnya, yaitu sistem operasi untuk media bergerak, Android.

Jika Chrome yang mendukung penuh JavaScript ini dicangkokkan pada Android, inilah browser masa depan yang akan membuat perangkat bergerak seperti telepon seluler dengan mudah bisa menggantikan fungsi komputer. Dampaknya akan sangat memengaruhi industri.

CEO Mozilla, John Lilly, seperti dikutip majalah Wired, mengaku tak khawatir dengan kehadiran Chrome ini. Lilly belum menganggap Chrome sebagai pesaing. ”Kompetisi di bidang ini sudah lama dimulai hingga sekarang, perlu waktu untuk membuat orang peduli dan mencintainya,” katanya.

Beberapa kelebihan Chrome:

1. Chrome merupakan browser pertama didesain berperilaku layaknya sebuah sistem operasi. Jika saat ini komputer didominasi sistem operasi Windows, Google ingin menjadi alternatif sistem operasi internet.

2. Perilaku seperti sistem operasi bisa dilihat dari model tab yang masing-masing berjalan seperti layaknya program di Windows. Tiap tab diproteksi memory yang terpisah dan berjalan dengan proses sendiri, layaknya Windows yang bisa membuka banyak jendela aplikasi.

3. Pada Chrome, JavaScript tak hanya sebagai aplikasi tambahan atau pemanis, melainkan dianggap juga sebagai aplikasi utuh. Lewat JavaScript V8, Google menggambarkannya boneka kayu Pinokio menjelma menjadi bocah betulan, maka pada Chrome Javascript telah diadopsi menjadi bahasa pemrograman betulan.

4. Salah satu paket di dalam Chrome dibangun dari open soure WebKit yang dikenal efisien dalam memanfaatkan memori.


Wednesday, September 17, 2008

Ditikam 666 Kali, Dipanggang Lalu Dimakan


Selasa, 16 September 2008 | 11:52 WIB

KOMPAS, MOSKWA, SELASA — Empat remaja dibantai secara mengerikan oleh kelompok Geng Iblis. Para korban masing-masing ditikam 666 kali kemudian dagingnya dimakan. Penganut Geng Iblis itu mencincang para korban dan memanggang potongan tubuh mereka di atas api unggun. Belum cukup sampai di situ, penjahat bengis itu kemudian memakan daging panggang manusia itu.

Polisi di Moskwa, Rusia, menemukan bagian tubuh korban dibuang di sebuah galian di samping tanda palang, sebuah simbol yang biasa digunakan aliran sesat. Semua korban menderita luka 666 tikaman, angka yang dikaitkan dengan kekejaman atau anti-Tuhan. Insiden itu mengingatkan kisah dalam film horor The Omen.

Remaja yang menjadi korban itu adalah tiga gadis dan seorang pria berusia 16 hingga 17 tahun. Mereka semua adalah keturunan Jerman. Para korban dibujuk akan diantar ke sekolah dan dipaksa minum minuman keras sebelum dibantai.

Polisi yakin, para remaja malang itu direbus terlebih dahulu sebelum dimakan. Bagian vital mereka juga diiris dalam ritual jahat di sebuah tempat terpencil di Rusia. Setelah polisi menangkap delapan anggota geng itu, terungkap fakta lain bahwa mereka menggali kuburan gadis korban terakhir dan memakan jantungnya.

Tersangka lain bersikukuh tidak bersalah. "Iblis akan membantu saya untuk lolos dari tanggung jawab. Saya banyak mempersembahkan korban padanya," katanya dilansir The Sun, Selasa (16/9). Pengungkapan kasus di Yaroslavl, 300 mil dari Moskwa itu sontak membuat gempar seantero Rusia. Warga cemas kemungkinan penganut Geng Iblis lainnya akan melakukan pembunuhan dan mutilasi serupa.

Para korban, yang dilaporkan hilang pada Juni 2008, bernama Anya Gorokhova, Olga Pukhova, Varya Kuzmina, dan Andrei Sorokin. Polisi mulai melacak pelaku setelah menemukan fakta bahwa semua korban saling telepon dengan pimpinan geng, Nikolai Ogolobyak.

Warga setempat mengatakan, Ogolobyak dikenal sebagai penyanyi gereja saat masih anak-anak. Para guru mengatakan pelaku dikenal sebagai pelajar kurang berprestasi di sekolah. Ia juga sering terlihat murung. Ogolobyak memiliki banyak nama alias di antaranya Ksenia Kuznetsova, Alexander Voronov, dan Anton Makovkin.

Moskwa mencatat 15 orang yang mengaku beraliran setan, sementara di Inggris ada 400 warga yang mengaku sebagai penganut aliran setan.


Cerpen Helvy Tiana Rosa



Bagi Penggemar cerpen dari Mbak Helvy Tiana Rosa bisa mendownloadnya lewat link di bawah ini.
1. Sebab Aku Angin, klik
2. Pattimura, klik
3. Mencari Senyum, klik
4. Lorong Kematian, klik
5. Lelaki Kabut dan boneka, klik
6. Ketika Mas Gagah Pergi, klik

Insya Allah akan menyusul ebook yang lainnya... tunggu aja!

Helvy Tiana Rosa lahir di Medan, 2 April 1970 adalah sastrawan, motivator menulis, editor dan dosen. Helvy memperoleh gelar sarjana sastra dari Fakultas Sastra UI. Gelar magister diperolehnya dari Jurusan Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.


Mantan Redaktur dan Pemimpin Redaksi Majalah Annida (1991-2001) ini, tahun 1990 mendirikan Teater Bening—sebuah teater kampus di FSUI yang seluruh anggotanya adalah perempuan, menulis naskah dan menyutradarai pementasan teater tersebut di Gedung Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Auditorium Fakultas Sastra UI serta keliling Jawa dan Sumatera.

Helvy merupakan pendiri dan Ketua Umum Forum Lingkar Pena/ FLP (1997-2005), sebuah forum penulis muda beranggotakan lebih 5000 orang yang tersebar di lebih dari 100 kota di Indonesia dan mancanegara. Karena kegiatannya ini The Straits Times dan Koran Tempo menyebutnya sebagai Lokomotif Penulis Muda Indonesia (2003). Bersama teman-temannya di FLP, ia mendirikan dan mengelola “Rumah baCA dan HAsilkan karYA” (Rumah Cahaya) yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Tahun 1980-1990 ia memenangkan berbagai perlombaan menulis tingkat propinsi dan nasional. Namun menurutnya yang paling berkesan ketika ‘Fisabilillah” menjadi Juara Lomba Cipta Puisi Yayasan Iqra, tingkat nasional (1992), dengan HB Jassin sebagai Ketua Dewan Juri. “Jaring-Jaring Merah” terpilih sebagai salah satu cerpen terbaik Majalah Sastra Horison dalam satu dekade (1990-2000). Lelaki Kabut dan Boneka mendapat Anugerah Pena sebagai Kumpulan Cerpen Terpuji (2002). Istri Tomi Satryatomo serta Ibu Abdurahman Faiz dan Nadya Paramitha ini pernah terpilih sebagai Ikon Perempuan Indonesia versi Majalah Gatra (2007), Wanita Indonesia Inspiratif versi Tabloid Wanita Indonesia (2008), Tokoh Perbukuan IBF Award IKAPI (2006), Tokoh sastra Eramuslim Award (2006), Penghargaan Perempuan Indonesia Berprestasi dari Tabloid Nova dan Menteri Pemberdayaan Perempuan RI (2004), Ummi Award dari Majalah Ummi (2004), Muslimah Berprestasi versi Majalah Amanah (2000), Muslimah Teladan versi Majalah Alia (2006), dll. Sastrawan yang juga nominator Indonesia Berprestasi Award XL 2007 Bidang Seni Budaya ini, sering diundang berbicara dalam berbagai forum sastra dan budaya di pelosok Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Hong Kong, Jepang, Mesir, Amerika Serikat, dll.

Mantan Sekretaris DPH-Dewan Kesenian Jakarta (2003) dan Anggota Komite Sastra DKJ (2003-2006), sehari-harinya adalah dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Kini ia juga Ketua Majelis Penulis Forum Lingkar Pena, Direktur Lingkar Pena Publishing House, Dewan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka, dan Anggota Ahli Majelis Sastra Asia Tenggara/ Mastera..

Tuesday, September 16, 2008

Kuil dan Patung Ramses II Ditemukan di Kairo


KOMPAS, CAIRO, SENIN — Tim arkeolog Mesir menemukan sebuah kuil dan potongan patung raksasa sosok Firaun paling terkenal dalam sejarah Mesir, Ramses II. Seperti dilaporkan kantor berita Mesir, MENA, Senin (15/9), penemuan tersebut tak terduga karena terdapat di pusat ibu kota Kairo.

Kuil yang dibangun pada dinasti ke-19 Raja Ramses II ditemukan di daerah Ain Shams, bagian timur Kairo, Mesir. Tim arkeolog juga menemukan bagian patung Ramses II dan bongkah batuan berukuran besar yang dipakai untuk membangun kuil.

Ramses II menguasai Mesir selama 68 tahun pada 1304-1237 sebelum Masehi. Ia dikenal sebagai raja yang senang membangun patung dan monumen dirinya di sekeliling wilayah kekuasaannya.

Salah satunya patung Ramses II setinggi 11 meter seberat 100 ton dari bahan granit merah yang sempat menjadi landmark Kairo. Namun, patung tersebut telah dipindahkan dari kota yang berpolusi tinggi ke dekat piramid dekat lokasi penemuannya.

Selain itu, Ramses II juga menyiapkan proses mumifikasinya dengan sangat mewah. Mumi yang saat ini dipamerkan di Museum Nasional Kairo merupakan salah satu tujuan wisata paling menarik di Mesir.

Tuesday, September 9, 2008

Perempuan Berubah Jadi Laki-laki


KOMPAS,TANGERANG, SELASA — Hari ke-4 puasa Ramadhan, Kamis (4/9) lalu, tampaknya menjadi hari bersejarah bagi Nia Andina (14). ABG (anak baru gede) yang terlahir sebagai perempuan ini kaget karena tiba-tiba ada yang menonjol pada alat kelaminnya seperti alat kelamin laki-laki.

Hari itu, seusai berbuka puasa, tanpa sebab yang dia tahu, tiba-tiba ada perubahan drastis pada alat kelamin di tubuhnya. Saat itu, Nia hendak berangkat shalat tarawih. Karena ada perubahan pada alat kelamin tersebut, dia bingung apakah harus bergabung dengan jemaah laki-laki atau jemaah perempuan. Juga apakah dia harus menggunakan mukenah atau baju koko dan bersarung.

Akhirnya Nia memutuskan tidak berangkat shalat tarawih di masjid kampungnya, Jalan Maulana Hasanudin RT 02 RW 02 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Tangerang.

Sukarsih, bibi Nia, penasaran ketika mengetahui keponakannya itu tidak tarawih. Sukarsih lantas menanyakan alasan anak bungsu dari pasangan Guntur Gunawan (48) dan Neneng Rohayatin (45) itu tidak tarawih.

“Saya bingung mau tarawih di masjid bareng ibu-ibu atau sama bapak-bapak,” tutur Nia kepada Sukarsih. “Memangnya kenapa?” tanya sang bibi. “Saya punya (maaf) titit,” jawab Nia, seraya meminta sang bibi untuk tidak mengungkapkan pembicaraan itu kepada orangtuanya.

Sukarsih yang mendengar jawaban tersebut heran dan tidak percaya. Apalagi Sukarsih sering memandikan Nia saat dia kecil, dan yakin keponakannya itu perempuan.

Hanya saja, sempat terbersit tanda tanya di benak Sukarsih ketika melihat tingkah laku keponakannya itu yang lebih suka bermain sepak bola atau dolanan dengan anak lelaki lainnya.

Keesokan harinya, karena penasaran, Sukarsih membawa Nia ke Puskesmas Cipondoh, Tangerang, untuk diperiksa. Hasil diagnosa sementara, Nia dinyatakan laki-laki. Namun, puskesmas menganjurkan Nia diperiksa lebih lanjut ke RSUD Tangerang. RSUD Tangerang pun memberikan hasil diagnosa yang sama. Untuk lebih menguatkan observasinya, RSUD merekomendasikan Nia diperiksa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Di RSCM, kelamin Nia di-USG. Hasil pemeriksaan, Sabtu (6/9), menyebutkan bahwa Nia memiliki penis sepanjang 3 cm, testis positif dengan volume 6 ml.
Namun, saat Sukarsih meminta RSCM mengeluarkan surat pernyataan jenis kelamin Nia adalah laki-laki, pihak rumah sakit menyatakan bahwa untuk itu harus dilakukan pemeriksaan kromosom yang memakan biaya sekitar Rp 2,5 juta.

Karena keterbatasan biaya, akhirnya keluarga memutuskan menunda pemeriksaan. “Dari mana kami dapat uang sebanyak itu?” tanya Sukarsih. Kendati demikian, yakin dengan hasil USG yang menyebutkan jenis kelamin Nia adalah laki-laki, oleh orangtuanya Nia lantas dibawa ke tukang sunat H Samui di desa setempat pada Sabtu (6/9) itu juga. Nia dikhitan.

Selain itu, Nia juga dibawa ke seorang tokoh agama setempat, H Syahroni. Sejak saat itu, nama Nia Andina pun diganti oleh ustadz H Syahroni dengan nama baru, yaitu Nizar Ramadhan.

Tak pelak berita tentang perempuan berubah menjadi laki-laki segera tersebar luas. Warga Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Tangerang, pun geger. Ada yang kaget, terkagum-kagum, dan banyak pula yang tidak percaya terhadap perubahan yang dialami Nia.

Namun, bagi Nia sendiri, kejadian tersebut dianggapnya sebagai anugerah. Sebab, Nia yang sudah dianggap wanita sejak dilahirkan, memang lebih senang bermain dengan laki-laki. Nia yang sejak kecil selalu mengenakan jilbab saat bersekolah juga merasa lebih menyatu jika berkumpul bersama teman-temannya yang lelaki. “Saya justru tidak sreg berada di antara teman-teman perempuan,” aku Nia.

Nia dilahirkan 14 tahun silam di Cirebon dari rahim Neneng Rohayatin, dengan bantuan seorang bidan desa. Saat lahir, bentuk alat kelaminnya seperti alat kelamin anak perempuan pada umumnya. Tak terlihat tanda-tanda dia berkelamin ganda.
Namun, seiring dengan pertambahan usia dan pertumbuhan fisiknya, Nia ternyata lebih suka bermain dengan anak-anak lelaki. Meski dalam data diri di rapor sekolahnya jelas disebut sebagai perempuan, perilaku Nia tomboi. Kendati demikian, sejauh itu dia tak merasakan ada hal yang aneh.

Dengan jenis kelamin dan nama baru, orangtua Nia (yang kini jadi Nizar Ramadhan) memutuskan memindahkan sekolah anaknya dari SMP Muhammadiyah 4 Cipondoh. Siswa kelas III SMP itu kini sekolah di lingkungan Pondok Pesantren Al-Mubarok, Cipondoh. (warkot)

Keluarga Saya dan Keluarga Mas Wahabi


Nama Saya bukan Wahabi

Ayah saya kebetulan tidak berpoligami

Tapi Saya dan Ayah selalu diskusi

Tentang mas Wahabi: tetangga saya

Yang jualan nasi, kebetulan juga sedang pusing bukan main

Tentang masa kehamilan istri

Tentang rumahnya yang selalu sepi

Dari suara tahlil dan Barjanzi

Dan masih banyak lagi



Akhirnya kami sepakat, mereka

Mas Wahabi dan istrinya perlu diberitahu

Bahwa semuanya kehendak Illahi

Tiba-tiba mas Wahabi teriak

Dengan suaranya yang berat

Allahu Akbar ! Allahu akbar ! Allahu Akbar !!!

(Saya dan Ayah semakin tidak mengerti, maksudnya apa?)




Baequni
Cirebon, 2007

PANCASILA


SATU, Uang yang Maha Kuasa

DUA, Kemanusiaan yang Tidak Adil dan Tidak Beradab

TIGA, Persatuan Bajingan Indonesia

EMPAT, Kerakyatan yang dipimpin oleh Penjahat

Negara tidak Memberikan Manfaat Apa-apa

LIMA, Ketidakberdayaan dan Ketimpangan Sosial

Bagi Rakyat Telah Resmi menjadi Catatan

Sejarah Indonesia



Baequni
Cirebon, 2007


puisi ini sebagai refleksi
terhadap fenomena di Indonesia.

Saya ambil dari blog sebelah... karena ini sangat menggugah hati, dan bisa menjadi renungan kita bersama akan negara kita yang sekarang sangat memprihatinkan kita sebagai warganya.

Manaqib-an


Suatu sore yang cerah Kyai Dulhalim sedang membakar sampah di depan rumahnya, beliau hanya mengenakan kaos oblong putih dengan sarung Atlas kesayangannya sambil sekali-kali mengorek-ngorek sampah dengan sebatang ranting supaya terbakar semua, tiba-tiba ada yang datang dan mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum wa kaji ”
“Wa’alaikum salam warahmatullah… eh mang kosim, mangga mlebet ” kata Kyai Dulhalim sambil buru-buru melepas tangannya karena mang kosim berusaha untuk mencium tangan beliau dengan senyumnya yang khas.
“mboten usah kyai , saya hanya di beri amanat sama haji Syamsuri untuk mengundang kyai untuk bisa hadir ke rumahnya ba’da isya dalam acara manaqiban” kata mang kosim dengan badan setengah menunduk tanda ta’diman kepada kyai Dulhalim.

“Mmm…katakan kepada haji syamsuri Insya Allah saya akan hadir kalau tidak ada halangan” jawab Kyai Dulhalim sambil tetap tersenyum
“oh ya, bagaimana kabar anakmu yang kemarin sakit, sudah sembuh belum?” tanya Kyai Dulhalim penuh perhatian
“Alhamdulillah kyai, sekarangan sudah baikan walaupun masih kelihatan pucat tapi sudah ada perkembangan”jawab mang kosim senang
“saya atas nama keluarga sangat mengucapkan banyak terimakasih karena bantuan kyai dalam pengobatan anak saya, saya tidak tahu bagaimana jadinya jika nggak ada kyai mungkin anak saya…”
“sudah,sudah…jangan diteruskan, bersyukurlah kepada Allah swt, mari masuk dulu!” potong kyai Dulhalim merangkul mang kosim ke rumahnya.
“Puten kyai , saya masih harus menyampaikan undangan haji syamsuri karena banyak yang belum tersampaikan padahal sekarang sudah sore jadi kapan-kapan saja, Insya Allah saya akan mampir lagi”kata mang kosim menolak ajakan kyai dulhalim untuk mampir.
“oh gitu…ya udah nggak apa-apa, hati-hati di jalan”
“matur kesuhun kyai, assalamu’alaikum…”
“wa’alaikum salam warahmatullah…” jawab kyai Dulhalim sambil melihat punggung mang kosim yang sesekali menoleh ke arah beliau sambil tersenyum.

****

Kyai Haji Abdul Halim yang masyhur di panggil Kyai Dulhalim adalah sosok ulama di kampung Sarimaju yang paling di segani dan di cintai bukan hanya karena beliau adalah Alim ilmu agama tetapi juga karena Akhlak beliau yang sangat santun dan sanagat memperhatikan masyarakat terutama dari golongan yang kurang mampu.
Setelah acara manaqiban selesai maka Kyai Dulhalim pun di minta tuan rumah untuk memberikan tausyiah sambil menunggu makanan di bagikan.
Setelah mengucapkan salam dan bersholawat kepada baginda Rosulullah saw, Kyai Dulhalim berkata.
“sebenarnya tradisi membaca manaqib itu tidak ada dalam syari’at islam maka bisa di katakan ini adalah bid’ah”
Tiba-tiba majlis menjadi agak sedikit riuh dan saling bertanya, mengerti akan hal ini kyai dulhalim melanjutkan
“yang kita baca barusan adalah manaqib Syekh Abdul Qodir al-Jailani, beliau adalah salah seorang ulama besar yang di maqomkan di baghdad dan Insya Allah termasuk hamba Allah swt yang mencintai dan di cintai-Nya”
Para hadirin mulai tenang tapi masih diliputi berbagai pertanyaan di benak mereka karena belum pernah ada kyai di kampung mereka yang menyatakan kalau membaca manaqib adalah bid’ah.
“Manaqib adalah semacam biografi yang menceritakan tentang jalan hidup seorang guru, Tetapi ia bukan sekadar biografi yang hanya mencatat tentang tempat lahir, tanggal lahir dan hal-hal yang berelasi dengan guru secara historis, tetapi merupakan catatan kehidupan spiritual seorang guru sufi (mursyid), yang dapat mempengaruhi para salik(murid) dalam menghidupkan orientasi spiritual didalam diri mereka dan juga meningkatkan aspirasi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah swt” terang Kyai Dulhalim dengan tenang dan pandangan mata yang teduh tetapi jelas terlihat wibawanya.
“saya sering menghadiri acara manaqiban di baca dengan bacaan cepat dan kadang dengan pembacaan yang merdu dan yang lainnya mendengarkan tapi kebanyakan dengan mata berat terkantuk-kantuk karena kecapean mencangkul di sawah” sebagian hadirin tertawa.
“saya perhatikan manaqib mulai di syakralkan oleh masyarakat, karena seharusnya kita dapat mencontoh perilaku tokoh yang dibaca, tetapi ironisnya banyak dari kita yang tidak paham dengan isi manaqib”
“kalau kita membaca al-quran walaupum tidak paham tetap mendapat pahala tetapi kalau membaca manaqib kalau kita tidak paham akan isinya apa yang kita dapat?...”tiba-tiba hadirin kembali riuh dan agak lebih rame dari yang pertama.
“punten kyai, mohon kiranya kyai menjelaskan lebih detail lagi supaya jangan sampai terjadi perselisihan pada orang-orang awwan seperti kami ini…”tanya mang surip menyela Kyai Dulhalim
“nggih kyai, kan manaqib niki saking Waliyullah Syekh Abdul Qodir al-Jailani ing kang katah karomahe” tanya ustadz arifin
“apakah Kyai sudah tidak percaya kepada karomahnya Syekh Abdl Qodir Jailani?” sahut Mang Karna menimpali
Kyai dulhalim terdiam sesaat, kemudian kembali tersenyum sambil memandangi hadirin satu persatu, sejurus kemudian beliau melanjutkan.
“memang betul syekh abdul qodir itu Waliyullah”
“memang betul banyak karomahnya syekh abdul qodir itu”
“akan tetapi…”
“sekarang itu membaca manaqib sudah dalam taraf mengkhawatirkan, yaitu banyak yang membaca manaqib tetapi tidak paham isinya, kedua banyak yang memahami kalau membaca manaqib itu membawa berkah walaupun tidak paham isinya, ketiga merasa kalau membaca manaqib itu adalah ibadah seperti halnya membaca al-quran dan sholawat nabi saw ini adalah keliru dan perlu di luruskan” orang-orang masih terdiam walaupun dalam benak mereka berkecamuk berbagai pertanyaan.
“inti dari membaca manaqib adalah supaya kita mampu meneladani tokohnya bukan pada bacaan tetapi pemahaman yang benar dan mengambil ibroh dari kisah yang terdapat dalam manaqib”kyai dulhalim terdiam kemudian menunduk, para hadirin pun jadi hening hanya suara cicak yang berkejaran di dinding dan suara jangkrik di kebun sebelah menambah rasa hening.



Monday, September 8, 2008

Google Rayakan Ulang Tahun Ke-10


KOMPAS, Minggu, 7 September 2008 | 10:31 WIB

MOUNTAIN VIEW, MINGGU- Larry Page dan Sergey Brin bukan siapa-siapa saat mendirikan Google sepuluh tahun lalu. Namun, kala itu mereka hanya berfikir dan yakin temuannya akan dapat merubah dunia suatu saat kelak. Modalnya hanya empat unit computer di garasi rumahnya dan 100.000 dollar AS.

Terbukti, temuannya benar-benar mengguncang dunia dan kini digunakan hampir di seluruh dunia sebagai mesin pencari yang kini kita kenal dengan Google. Hari ini, Minggu (7/9), mereka bersama 20.000 karyawan perusahaannya merayakan ulang tahun Google yang ke-10.

Asetnya pun melonjak drastis. Lewat situsnya, Google.Inc melaporkan bahwa saat ini telah memiliki aset sekitar 150 miliar dollar. Page dan Brin saat ini memiliki kekayaan masing-masing sekitar 19 miliar dollar AS. Sebuah penghasilan yang fantasitis, apalagi oleh sebuah perusahaan yang baru bergerak selama 10 tahun.

Sekarang Google juga sedang mencoba menambah pundi-pundi keuangan mereka melalui YouTube sebagai pendapatan kedua terbesar mereka. Lewat situs layanan video tersebut, tahun ini Google berharap dapat mengumpulkan sekitar 200 juta dollar AS.

Ulang tahun kali ini tidak hanya mengukuhkan kebesaran nama Google, namun juga menjadi ujian pada dekade selanjutnya terutama dari kompetitornya. Ambisinya yang ingin dapat mengontrol arus perkembangan internet dan hiburan, telah mengundang banyak kecaman dari berbagai elemen.

Google beberapa kali dikhawatirkan melanggar privasi karena dapat menggunakan data dan informasi dari para penggunanya untuk kepentingan sendiri. Saat ini layanan mesin pencari Google telah digunakan lebih dari 650 juta orang, belum lagi layanan lain seperti You Tube, Maps dan Gmail.

Kontroversi lain yang dilakukan Google adalah ambisinya menyalin semua buku yang ada di dunia untuk dijadikan buku digital sehingga dapat diakses lewat internet. Tindakan tersebut sempat mendapat penolakan karena dikhawatirkan dapat menimbulkan banyak pelanggaran atas hak cipta.

Bahkan untuk membendung keinginan Google tersebut, pemerintah AS harus membuat peraturan yang dapat membatasi ruang gerak Google yang semakin kuat. Baik dengan hal-hal yang berurusan dengan privasi maupun kegiatan bisnisnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Google tentu tidak tinggal diam. Google menggaji para pengacara untuk dapat memberi tahu kepada semua orang termasuk Amerika Serikat bahwa ambisinya untuk memonopoli layanan Internet itu tidaklah benar.

"Banyak orang berfikir berlebihan kepada kami sekarang, padahal kenyataannya kami tidak terlihat seperti itu," Craig Silverstein, Direktur Teknologi Google.

Cengekraman Google yang sangat kuat dalam bisnis iklan Internet juga mulai dirong-rong. Misalnya dari Microsoft yang selama ini hanya bermain di bisnis software. Microsoft berambisi mengakusisi Yahoo untuk menyaingi Google meski masih gagal.


Sunday, September 7, 2008

Potensi Ruhaniah Manusia


Tidak sedikit orang yang enggan mendengar, apalagi mempercayai, suatu peristiwa luar biasa atau suprarasional. Namun demikian, orang beriman sulit menolak peristiwa yang diberitakan oleh agamanya walaupun tidak sejalan dengan hukum alam. Bagaimana Nabi Isa a.s. lahir tanpa ayah (QS 19:26). Konon, suatu ketika Kholifah Umar bin Khathab r.a. berkhutbah di Madinah dan tiba-tiba berteriak: "Ya Sariyah, Al-Jabal" (Wahai Sariyah, naiklah ke gunung!). sebab dilihatnya pasukan Sariyah yang ketika itu berada di Syria sedang terkepung. Teriakan Kholifah Umar r.a. didengar oleh pasukan Sariah sehingga selamat.
Ada yang menyatakan bahwa peristiwa semacam itu adalah perbuatan Tuhan yang kuasa membatalkan hukum alam, dan ada pula yang mengakuinya bahwa kejadian-kejadian semacam itu berada dalam batas hukum alam yang belum terungkap.
Pada dasarnya manusia itu terdiri dari dualisme yang saling melengkapi, yaitu manusia terdiri dari badan kasar (jasmani) dan badan halus (rohani), kalau jasmani digerakkan oleh fikiran, perasaan dan kemauan yang melahirkan kekuatan lahir. Sedangkan rohani digerakkan oleh cipta, rasa dan karsa yang melahirkan kekutan batin.
Kekuatan lahir membutuhkan penyokong berupa makanan yang berasal dari tanah yaitu tumbuhan,binatang dan benda yang bersifat jasadiah, dan kekuatan batin juga membutuhkan penyokong berupa makanan dari Allah yaitu agama yang termaktub dalam Al-quran. Kekuatan lahir yang berupa panca indra (Tonus) bisa lelah, berbeda dengan kekuatan batin (Titonus) yang tidak akan merasa lelah.
Rohani harus mengendalikan jasmani yang cenderung ke sifat kebinatangan yang disebut dengan nafsu hewaniah dan inilah yang menjadi ia terhijab dengan Tuhannya. Sedangkan orang yang bersih hatinya akan mudah menerima nur ilahi maka ia akan mencapai Lathifatul Qalbi (Lathifatul Rabbaniah) yaitu ia telah dapat memerintah dan mengatur anggota badan jasmani. Inilah hakikat diri yang sebenarnya dan juga merupakan induk dari lathifah-lathifah yang lain (lathifatul qalbi, lathifatul ruhi, lathifatul sirri, Lathifatul khofiy, lathifatul akhfa, lathifatun nafsunathiqoh, lathifatun kulli jasad). Lathifatul Qalbi (Lathifatul Rabbaniah) ini lebih dikenal dengan nafsul muthmainnah (QS 89:27)
Dengan menggunakan cahaya matahari atau cahaya lampu, energi jasadiah manusia dapat membaca, meliaht gerak-gerik sesuatu. Cahaya yang dipantulkan oleh batu, logam, kertas atau benda lainnya menembus lensa mata, mengenai retina, kemudian melalui sel-sel urat syaraf, proses fisika yang di alami cahaya itu di ubah menjadi proses kimiawi, biologis, terus kepusat penelitian dalam otak. Dalam pusat penelitian itu terjadilah peralihan proses jasadiah kepada proses ruhani. Maka terbentuklah rangka pengertian,pendapat,kesimpulan dan ilmu pengetahuan.
Begitu pula halnya jika seseorang membaca al-quran atau lainnya melalui penggunaan cahaya (Nur) terjadilah komunikasi jasadiah. Pada pusat pengolahan didalam otak, maka terjadilah proses ruhaniah, gerakan pusat otak jasadiah ini berlangsung sebagai transformator gerakan hati, maka terjadilah komunikasi ruhaniah.
Alexis Carrel, peraih hadiah Nobel 1912 dalam bidang kedokteran, dalam bukunya Man the Unknown (Makhluk yang Belum Dikenal), menulis tentang daya (potensi) manusia. Telepati, yakni daya untuk menyampaikan atau menangkap sesuatu kepada, atau dari orang lain dari jarak jauh dan tanpa alat, dikenal dalam litelatur keagamaan dan di buktikan oleh ilmuwan, walaupun banyak ilmuwan yang meragukannya, itu wajar, karena telepati jarang terjadi, dan lebih-lebih lagi kadang telepati berada di celah tumpukan berbagai kisah khayalan yang di ciptakan manusia.
Kita dapat menyaksikannya dalam berbagai situasi, antara lain dalam sholat, sholat adalah konsentrasi penuh menembus alam ini menuju totalitas wujud yang tak terbatas, ini bukan bidang nalar. Para filosof dan ilmuwanpun sukar memahaminya. Hanya orang-orang yang jauh dari rayuan gemerlap dunia yang mudah merasakannya, semudah merasakan kehangatan mentari di pagi hari.
Ada manusia yang mampu menyelami rahasia pikiran orang lain, merasakan peristiwa silam, bahkan melihat dari jarak dan masa yang sangat jauh, kemudian melukiskannya dengan rinci. Ini memang jarang terjadi, tetapi pernah terjadi.
Semua agama memperkenalkan hal-hal yang suprarasional, tetapi tidak sedikit penganut agama yang memperluas wilayahnya, sehingga yang irasional pun ikut mereka suburkan. Ini antara lain, yang melahirkan penolakan segala informasi, kecuali yang rasional.
Apa yang penulis harapkan dari ini bukan berarti berupaya menyuburkan hal-hal yang irasional dan khurafat yang masih terdengar hingga saat ini. Tetapi adalah berusaha mendudukan persoalan bahwa dalam hidup ini ada hal-hal yang yang suprarasional dan ada pula potensi manusia yang belum dikembangkan.
Didalam tasawuf hal-hal yang suprarasional sering ditemukan baik dalam literatur-literatur maupun dari kisah-kisah yang sering kita baca dan kita dengar, seperti beberapa karomah para aulia, sebut saja kisah para Wali Songo ketika menyebarkan islam yang sarat dengan hal-hal yang suprarasional.
Sikap dan perilaku manusia berpusat pada kalbu. Jika kalbunya bersih, maka keseluruhan perilakunya bersih. Sebaliknya jika kotor, maka keseluruhan perilakunya kotor. Melalui kalbu, hidayah (nur Ilahi) turun ke bumi. Kalbu yang mendapat cahaya akan memantulkan cahayanya pada akal.
Manusia sebagai kesatuan jiwa-badan mampu menangkap seluruh realitas, materi dan nonmateri, karena di dalam diri manusia terdapat tiga potensi epistemologis, yaitu: serapan panca indera, kekuatan akal, dan intuisi. Aspek lahir (external) realitas dapat ditangkap oleh panca indera; Aspek batinnya (internal) dapat di tangkap oleh akal; dan tingkatan yang paling tinggi dapat ditangkap oleh intuisi.
Akal dan intuisi tumbuh dari akar yang sama, tetapi mempunyai kemampuan yang berbeda. Namun, perbedaan kemampuan ini tidak menjadi langkah awal pembentukan jurang pemisah seperti terpisahnya antara kaum idealisme dan kaum empirisme akan tetapi antara pikiran dan intuisi saling tergantung dan saling melengkapi.
Intuisi dapat di asah dan di tingkatkan diantaranya melalui sholat, karena sholat bukan hanya sekedar pelaksanaan ritual rutin, melainkan lebih dari itu, seperti: 1) sholat sebagai pelengkap kegiatan intelek (akal) bagi yang mengadakan peninjauan (penelitian) tentang alam. 2) sholat adalah semacam renungan atau kegiatan berpikir kontemplatif yang semakin lama semakin intens sehingga mampu menangkap realitas. 3) sholat seperti ini akan memperoleh jawaban mengenai misteri alam semesta.
Dalam sholat, posisi tubuh diatur sedemikian rupa, kemudian akal memusatkan perhatiannya pada Tuhan. Intuisi – dalam pengertian akal yang lebih tinggi – meneruskan pemusatan itu. Pemusatan intuisi terus meningkat, dalam keadaan ini kesadaran akal akan berhenti. Sementara itu, indera jauh lebih tenang kondisi ini oleh Muhammad Iqbal disebut dengan fatalisme dalam islam. Dalam keadaan semacam ini si musholli akan tetap tenang meskipun peluru-peluru berdesingan di sekitarnya.
Di samping sholat intuisi dapat ditingkatkan melalui laku yang berat yang dalam tasawuf di kenal dengan maqomat (syariat, thariqat, hakikat,...) usaha ini berlangsung secara ajeg (istiqomah) yang biasa di sebut dengan wirid (dzikrullah). Wirid yang terus menerus pada suatu saat sampai pada mukasyafah, dan meningkat pada mujahadah. Dengan kata lain kita dapat memperoleh pencerahan ruhaniah (illumination).
Pencerahan ruhani berpuncak hubungan langsung dengan Tuhan. Orang yang berhasil sampai pada tataran ini biasanya disebut dengan insan kamil.
Tentu saja akan terdengar ganjil bila didengar oleh telinga-telinga siapa saja yang belum pernah mengalami pengalaman pencerahan ruhani maupun mengerti disiplin ilmu tasawuf dengan baik, wajar sekali apabila tokoh-tokoh sufi dicap sebagi pembual, dan pembohong, dan bahkan diklaim sebagi kafirnya orang kafir.
Akan tetapi bahan-bahan pengalaman religius tidak dapat dirubah ketingkat bahan-bahan keterangan ilmu pengetahuan yang manapun juga. Filsafat, ilmu jiwa, berbagai metode ilmu kealaman? Semuanya tidak! Ilmu alam hanya menjangkau sebagian dari realitas yang nampak. Untuk mencapai hubungan mesra dengan kebenaran mutlak pikiran harus tegak lebih tinggi lagi dan mendapatkan kepuasan dalam suatu sikap kesadaran. Ini adalah suatu potensi manusia yang harus terus digali dan ditingkatkan. Wallahu a'lam.



Friday, September 5, 2008

Cerita Untukmu Adikku


Engkau tahu wahai adikku, ketika kakakmu ini mau meneruskan kuliah ke Cairo bukan dengan cara yang mudah, ketika itu saya harus mondar mandir Jagapura-Babakan, bahkan Cirebon-Jakarta pun harus saya tempuh, sungguh tidak mudah adikku.
Engkaupun tahu adikku, ketika itu Bapak kita amat sangat mengharapkan kakakmu ini bisa melanjutkan kuliah ke al-azhar karena belum ada dari anaknya yang bisa ia kuliahkan. Selain masyhur juga karena ada beasiswanya tapi saya kira alasan kedualah yang menjadikan Bapak mendukung saya meneruskan kuliah, engkaupun pasti tahu Bapak tidak mungkin bisa membiayai kita kuliah. Tapi bukan itu yang bikin saya sedih adikku, tapi karena ia selalu mengharapkan kita bisa kuliah tapi ia paling sulit untuk memberikan kita biaya.
Engkaupun tahu adikku,ketika kakakmu ini lulus ujian DEPAG ke Cairo betapa bahagianya kita semua, tapi tahukah kau adikku dibalik kebahagian itu masih ada sayatan pedih di hati, selain susahnya mencari Ijazah yang mu'adalah (karena Ijazah saya adalah SMU) dan ribetnya urusan pembuatan pasport yang semuanya memerlukan biaya tapi lagi-lagi Bapak hanya menyerahkan semuanya pada Kang Bur seolah-olah Kang Bur adalah BANK yang dengan gampangnya dapat di pinjam uangnya tanpa memikirkan keadaan Kang Bur itu sendiri.
Tahukah engkau wahai adikku, ketika kita membayangkan Mesir dengan Piramidnya, perkulihan kelas internasional, Cairo dengan berbagai fasilitasnya, transportasi dengan ketertibannya, dan orang-orang dengan keramahannya. Tapi tidak adikku,sekali lagi tidak! Mesir begitu kumuh, kotor dan berdebu, perkulihan tanpa AC dengan WC yang jorok dan bau. Dengan transpotasi yang sulit, berdesak-desakan dengan aroma ketiak yang semerbak, di tambah lagi banyaknya pencopet yang haus mencari dompet2 wafidin , dan banyaknya orang-orang yang kencing berdiri di pinggir jalan.
Tahukah engkau adikku, pada tahun pertama kakak di sibukkan oleh berbagai organisasi dari almamater(IKBAL ) , dari kekeluargaan (KPMJB ) kedaerahan (FOSMAGATI ) dan yang lainnya. Belum lagi harus daftar ulang di Al-Azhar dengan berbagai macam aturan yang membosankan dan memuakkan karena tradisi thobuur yang melelahkan dan menjengkelkan
Tahukah engkau adikku, baru selesai daftar ulang satu bulan kemudian sudah ujian semester I, tiga hari menjelang ujian kakakmu ini baru dapat beli muqorror , jadi sistem belajarnya sama seperti di Indonesia dulu yaitu SKS (sistem kebut semalam).
Tahukah engkau adikku, ternyata beasiswa dari Al-Azhar jauh dari cukup kalau nggak di bilang kurang yaitu, Cuma 165 pounds. Sedangkan untuk iuran bayar kost 100 pounds, untuk makan 50 pounds, tranportasi 30 pounds, belum lagi untuk beli odol, samphoo, sabun mandi. Dan keperluan mendadak lainnya. tapi untungnya kakak bawa dollars jadi masih bisa untuk menutupinya, tapi setelah simpanan dollars habis dari mana lagi untuk menutupi kebutuhan itu semua???...belum lagi ada istilah tawaquf yang sangat merepotkan kalangan masisir yang hanya mengandalkan minhah azhar.
Tahukah engkau adikku, setelah kehabisan uang kakak mencari berbagai pekerjaan, dari cuci piring di warung makan, jaga warnet sampai berjualan tempe tapi tak ada lowongan untuk kakakmu ini.
Tahukah engkau adikku, menjelang ujian semester II tidak ada uang sama sekali untuk membeli muqorror padahal ujian sudah di ambang pintu. Ingin ku pinjam saja buku ke teman2 tp semuanya sedang d pakai, ingin ku fotokopy ternyata baiayanya lebih mahal dari dari harga aslinya. ingin ku pinjam ke kakak kelas ternyata setiap tahun muqorror di Al-Azhar sering berubah. Karena waktu dan keadaan yang mendesak kuputuskan untuk minta kiriman ke Bapak, tapi kamu pasti tahukan apa jawabannya? maka terpaksa ku minta ke Ang Iim dan alhamdulillah ia mengusahakannya walaupun saya juga tahu Ang Iim pun sama nggak punya duit.
Tahukah engkau adikku, mengapa kakakmu ini tidak naik ke tingkat II selain masalah di atas juga karena minimnya dasar bahasa arab yang kakakmu ini kuasai, Setelah mendapat bantuan dari kakakmu yang di Abu Dhabi semuanya berubah, setelah melunasi hutang-hutang juga cukup untuk membeli kitab-kitab yang cukup membantu dalam perkuliahan.
Tahukah engkau adikku, kiriman dari kakakmu yang di Abu dhabi itu tidak membuat diri ini terlepas dari berbagai masalah (life is problem; hidup adalah masalah, jadi selama kita masih hidup pasti mengahadapi yang namanya masalah). Selain ingin terlepas dari ketergantungan dari orang tua dan kakakmu, juga ingin bisa mandiri. Tiba-tiba saya dapat sms dari Ibu Nyai (Nyai Annisah Tidjani:Istri KH.Tidjani Djauhari) yang menanyakan kabar anaknya yang kebetulan juga adalah adik kelas ketika di MTA , berawal dari sms inilah komunikasi santri dengan pengasuh akhirnya intens terjadi, yang pada akhirnya Bpk.Pengasuh mengusahakan untuk mencarikan kafil untuk membantu meringankan beban ekonomi. Setelah mendapatkan kafil yang sudah banyak membantu dalam menangani kesulitan ekonomi lalu memberi kabar kepada kakakmu yang di Abu Dhabi untuk tidak usah mengirimi lagi dan memberi tahukan kabar gembira ini kepada orang rumah supaya nggak usah khawaatir lagi.
Tahukah engkau adikku, sekarang masalah keuangan tidak usah di pusingkan lagi tinggal bagimana cara supaya kita bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita, yaitu kakak harus bisa najah ketingkat II, karena pada tahun pertama sudah gagal dan merasa malu oleh karenanya pada saat ini kakak berusaha semampunya. Semoga Allah swt mengabulakan doa kakakmu yang sudah begitu banyak berlumuran dosa ini.
Tahukah engkau wahai adikku, Allah sebagai tuhan kita pasti mendengar doa hambanya walaupun sang hamba begitu hina karena karunianya lebih luas dari sangkaan hambanya.

Ya Allah,...
Sudah tak terhitung dosa hamba padaMu
Sudah gelap hati hamba karena dosa padaMu
Lautan pun tak sanggup tuk membasuh

Ya Allah,...
Hamba malu menghadap padaMu
Hamba takut akan siksaMu
Tapi hamba tak henti mengharap rahmatMu

Ya Allah,...
Sudah cape hamba bermaksiat...
Sudah lelah hamba mengumbar nafsu...
Sudah kenyang hamba berbuat nista...
Hamba haus karunia dan rahmatmu

Ya Allah,...
Ya Allah,...
Ya Allah,...



Tasawuf Moral dan Tasawuf Falsafi


Tasawuf merupakan praktek spiritual dalam Islam (ruhul islam), tasawuf memandang ruh sebagai puncak dari segala realitas sementara jasad tidak lebih sebagai “kendaraan” saja. Maka, jalan spiritualitas lebih banyak menekankan pada aspek ruhani, bersifat personal dan berangkat dari pengalaman yang juga bersifat personal. Berbeda dengan “agama” yang bersifat umum (dalam Islam kita kenal dengan istilah syari’ah/syari’at), jalan tasawuf kemudian kita kenal dengan istilah tarekat/thariqah (dekat dengan istilah tirakat). Dalam jalan ini setiap pendaki (salik/murid) akan melewati level dan kondisi (maqomat dan ahwal) di bawah bimbingan guru spiritual (dalam sufi dikenal dengan istilah mursyid).
Dimana antara satu guru dengan guru (para mursyid) yang lain sangat dimungkinkan menggunakan metode yang berbeda karena berbeda thariqoh berbeda pula metode yang di gunakan, antara thariqah Qodariya pasti berbeda dengan Syathoriyah, pun dengan Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Tidjaniya, Dasuqiyah dll. Sang murid diajarkan untuk berlatih membuka mata batinnya (ainul qolb). Ada yang meyebut istilah ini dengan Mukasyafah (menyingkap) atau hudhuri (menghadirkan) atau tawajjuh (berhadap-hadapan). Murid dilatih membersihkan diri melalui thariqah tadi dengan menempuh dari level tertentu ke level yang lebih tinggi, dari kondisi tertentu ke kondisi yang lebih yang lain. Hingga sang murid mampu mencapai tingkatan fana (kosong/hampa) tidak ada lagi ego dalam diri sang murid sehingga murid sampai pada sebuah kondisi “tersingkap”, “menghadirkan”, atau “berhadap-hadapan”.
Menurut penulis pribadi antara tasawuf moral dan tasawuf falsafi berbeda jalan. Tasawuf moral –setelah melewati fase tadi- mengajak “kembali” sang murid untuk hidup dalam dunia “nyata” dan kembali masuk dalam aturan syariat. Namun syariat yang telah diisi dengan pengalaman dan pengetahuan bertuhan. Sehingga syariat yang dijalankan akan lebih mantap dan bermakna dari sebelum ia melakukan perjalanan. Misalnya, sang murid sudah mengerti apa hakikat sholat, puasa dan zakat lalu bisa mempraktikannya dengan lebih baik dan penuh makna. Sang murid sudah mengerti bahwa pada sisi yang paling esoterik semua agama memiliki tujuan yang sama sehingga mampu untuk hidup toleran serta tidak memperbesar perbedaan sisi eksoterik satu agama dengan agama yang lain. Sang murid sudah mengerti bagaimana cara bergaul dan menghargai antara sesama manusia bahkan seluruh makhluk hidup. Sang murid sudah mengerti dari mana ia berasal dan kemana ia akan kembali.
Berbeda dengan tasawuf falsafi, setelah sampai pada fase tersebut, sang murid atau bahkan sang guru, tidak mau “pulang”. Tapi mau tetap Menikmati ekstase keindahan dan kenikmatan “bersatu” dengan Tuhan. Terucaplah perkataan yang tidak terkontrol (syathohat) dalam kondisi ekstase. Berujar mengaku sebagai Sang Kebenaran atau memuji dirinya sendiri sebagai Tuhan. Atau menuangkan pengalaman bertuhannya dalam karya/tulisan. Di level sesama praktisi spiritualitas (kalangan khas atau khawasul khawas) mungkin tidak menjadi persoalan. Tapi bagaimana di kalangan awam yang memang hanya menjalankan syariat tanpa dibarengi dengan praktek tasawuf? Disinilah problem selanjutnya muncul. Mau tidak mau, atas nama menjaga kemaslahatan umum, menjaga keimanan dari kalangan umum, dan alasan-alasan yang sejenis, maka para praktisi tasawuf falsafi ini menyandang predikat sesat atau yang berakhir dengan hukuman mati. Syihabuddin Syuhrawardi yang bergelar al-maqtul (terbunuh), Abu Mansyur Al-Hallaj dan Ainul Qudhat Hamadani adalah sufi falsafi yang hidupnya berakhir dengan hukuman mati. Bahkan Syuhrawardi dan Ainul Qudhat dihukum mati dalam usia yang cukup muda. Apa yang terjadi dengan Syekh Siti Djenar (jika kisah ini juga memang benar dan bukan sebagai mitos serta terlepas dari persoalan politik) adalah termasuk dalam kategori ini.
Bertemu dan bersatu dengan Tuhan ini merupakan klaim kaum sufi yang juga diperdebatkan dikalangan teologis dan ahli fikih. Bahkan bagi sebagian kalangan Islam yang agak keras, praktik tasawuf dianggap bid’ah. Disinilah perlunya kita bisa memahami Islam (dari sisi kajian dan praktek) baik dari sisi teologi, tasawuf, fikih dan filsafat. Agar tidak mudah terjebak dalam absolutisme dan arogansi fikih misalnya atas tasawuf, teologi maupun filsafat sehingga saling menyalahkan satu sama lain karena ketidak-mengertian kita terhadap metodologi yang digunakan.
Apa yang contohkan Al-Ghazali & al-Rumi yaitu untuk segera pulang setelah bertemu Tuhan, seharusnya bisa menjadi teladan yang baik bagi para praktisi tasawuf saat ini. Al-Ghazali menghiasi syariat dengan laku dengan nilai-nilai hakikat. Atau Rumi yang mengekspresikan kebahagian dan rasa cinta serta rindu kepada Tuhan melalui simbol-simbol (cinta, mawar, cawan dll) yang terlukiskan dalam karya sastra…
Mungkin tidak mudah untuk serta merta diterima oleh rasio karena memang tasawuf tidak menggunakan “alat ukur” rasionalitas. Tasawuf menggunakan alat ukur yang berbeda yang bernama “ainul qolb” (mata batin) yang diyakini juga ada dalam diri setiap manusia. Yang kadang sepintas ia “muncul” dan kita tidak mengenalinya lalu “tertutup” (terhijab) lagi oleh potensi atau hal lain dalam diri kita. Wallahu a’lam